This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, November 18, 2013

Misteri Luka Jenazah 7 Pahlawan Revolusi

Misteri dan Kontroversi Luka-Luka Pada Jenazah 7 Pahlawan Revolusi

Quote:



Quote:
“…only in four months, five times as many people died in Indonesia as in Vietnam in twelve years…”

(Bertrand Russell, 1966)

Quote:
Meski sudah puluhan tahun lamanya, namun peristiwa tragis pemberontakan partai G 30 S / PKI 1965 yang diberitakan dan diisyukan akan mengudeta negeri ini tak akan pernah terlupakan. Peristiwa tersebut masih banyak menimbulkan kenangan pahit dan banyak pertanyaan daripada jawabannya.
Quote:
Untuk mengenang jasa dan pengorbanan tak ternilai dari ketujuh Pahlawan Revolusi dan juga untuk memperingati serta mengenang peristiwa tersebut agar tak pernah ada lagi, maka kami akan menguak sedikit dari banyaknya tandatanya-tandatanya besar yang masih tersimpan di saku tiap rakyat Indonesia yang tercinta ini yang belum terjawab.
Quote:
Mungkin ada benarnya kata pepatah, jika kita berada diwilayah orang yang sangat-sangat berkuasa dimana informasi apapun sangat-sangat terbatas dan penuh rekayasa, maka terkadang kebenaran akan terungkap belakangan karena kebenaran takkan pernah hilang, walau terlihat “seperti hilang” oleh waktu.
A. Kronologi Pengangkatan Jenazah Dari Dalam Sumur

Quote:
Mengangkat jenazah tujuh pahlawan revolusi di Lubang Buaya bukan perkara gampang. Kondisi sumur yang dalam dan mayat yang mulai membusuk, membuat evakuasi sulit dilakukan.

Tapi para prajurit Kompi Intai Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau menyerah.

Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak sehari sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Oktober 1965, atas bantuan polisi Sukitman dan masyarakat sekitar.

Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan Sintong Panjaitan segera melakukan penggalian.

Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat.

Jenderal Soeharto pun memerintahkan kepada pasukan evakuasi bahwa penggalian dihentikan pada malam hari.

Quote:
Maka penggalian pun ditunda dan penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya.

Dalam buku Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar pengangkatan jenazah.

Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang, anggota RPKAD yang dilatih oleh Pasukan Katak TNI AL.

Anang mengatakan peralatan selam milik RPKAD ada di Cilacap, hanya KKO yang punya peralatan selam di Jakarta.

Maka singkat cerita, KKO meminjamkan peralatan selam tersebut untuk operasi pengangkatan jenazah dari dalam lubang sumur di daerah lubang Buaya tersebut.
Quote:
Tanggal 4 Oktober, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi. Satu persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu.
Quote:
Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution.
Quote:
Pukul 12.15 WIB, Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik.
Quote:
Pukul 12.30 WIB, giliran Prako KKO Subekti yang turun. Dua jenazah berhasil ditarik, Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto.
Quote:
Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen MT Haryono dan Brigjen Sutoyo.
Quote:
Pukul 13.30 WIB, Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.

Quote:
Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong.

Tapi semua penyelam KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua kelelahan.

Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntah-muntah.

Maka Kapten Winanto sebagai komandan terpanggil melakukan pekerjaan terakhir itu. Dia turun dengan membawa alat penerangan.

Ternyata benar, di dalam sumur masih ada satu jenazah lagi. Jenazah itu adalah Brigjen D.I. Panjaitan.

Quote:
Dengan demikian lengkaplah sudah jenazah enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD yang dinyatakan telah hilang diculik Gerakan PKI pada tanggal 30 September 1965.
Spoiler:


Quote:
Kapten KKO Winanto sendiri terus melanjutkan karirnya di TNI AL. Lulusan Akademi Angkatan laut tahun 1959 ini pernah menjabat Komandan Resimen Latihan Korps Marinir, Komandan Brigade Infanteri 2/Marinir sebelum pensiun sebagai Gubernur AAL.

Ia sudah meninggal pada Minggu, 2 September 2012 pukul 22.15 WIB dalam usia 77 tahun di kediamannya Jl Pramuka no 7, Kompleks TNI AL, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

B. Kronologi Visum et Epertum Dokter Forensik

Quote:
4 Oktober 1965. Pukul 4.30 sore saat itu. Lima dokter yang diperintahkan Pangkostrad dan Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto memulai tugas mereka.
Jenazah enam Jenderal dan satu perwira menengah korban penculikan dan pembunuhnan yang dilakukan kelompok Letkol Untung pada dinihari 1 Oktober mereka periksa satu persatu. Ketujuh korban itu adalah:
Quote:
1. Ahmad Yani, Letnan Jenderal (Menteri Panglima Angkatan Darat).

2. R. Soeprapto, Mayor Jenderal. (Deputi II Menpangad).

3. MT. Harjono, Mayor Jenderal. (Deputi III Menpangad).

4. S. Parman, Mayor Jenderal. (Asisten I Menpangad).

5. D. Isac Panjaitan, Brigardir Jenderal. (Deputi IV Menpangad).

6. Soetojo Siswomihardjo, Brigardir Jenderal. (Oditur Jenderal/ Inspektur Keha****n AD).

7. Pierre Andreas Tendean, Letnan Satu. (Ajudan Menko Hankam/ KASAB Jenderal AH Nasution).
Quote:
Jenazah enam jenderal dan satu perwira muda Angkatan Darat ini ditemukan di sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede, Jakarta Timur. Dari lima anggota tim dokter yang mengautopsi ketujuh mayat itu dua di antaranya adalah dokter Angkatan Darat, yakni:
Quote:
1. dr. Brigardir Jenderal Roebiono Kertopati (perwira tinggi yang diperbantukan di RSP Angkatan Darat)

2. dr. Kolonel Frans Pattiasina (perwira kesehatan RSP Angkatan Darat)


Sementara tiga lainnya adalah dokter Keha****n, masing-masing:

3. Prof. dr. Sutomo Tjokronegoro (ahli Ilmu Urai Sakit Dalam dan ahli Kedokteran Keha****n, juga profesor di FK UI)

4. dr. Liauw Yan Siang (lektor dalam Ilmu Kedokteran Keha****n FK UI)

5. dr. Liem Joe Thay (atau dikenal sebagai dr. Arief Budianto, lektor Ilmu Kedokteran Keha****n Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), anda dapat membaca kisahnya di akhir thread ini)
Quote:
Akhirnya lewat tengah malam, pukul 12.30 atau dinihari pada tanggal 5 Oktober 1965, dr. Roebiono dkk menyelesaikan tugas mereka. Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah cukup tinggi, ketujuh jenazah korban penculikan dan pembunuhan yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi ini, dimakamkan di TMP Kalibata.


C. Hasil Visum et Repertum Jenazah Tiap Korban


Quote:
Ketika diperiksa ketujuh mayat telah dalam keadaan membusuk dan diperkirakan tewas empat hari sebelumnya. Dapat dipastikan ketujuh perwira tinggi dan pertama Angkatan Darat ini tewas mengenaskan dengan tubuh dihujani peluru dan tusukan.
Lanjutin baca yah  
1. Ahmad Yani (Menteri Panglima Angkatan Darat).

Quote:

Quote:
Jenazah Letjen Ahmad Yani diidentifikasi oleh Ajudan Menpangad Mayor CPM Soedarto dan dokter pribadinya, Kolonel CDM Abdullah Hassan, dengan penanda utama parut pada punggung tangan kiri dan pakaian yang dikenakannya serta kelebihan gigi berbentuk kerucut pada garis pertengahan rahang atas diantara gigi-gigi seri pertama.

Tim dokter menemukan delapan luka tembakan dari arah depan dan dua tembakan dari arah belakang. Sementara di bagian perut terdapat dua buah luka tembak yang tembus dan sebuah luka tembak yang tembus di bagian punggung.
a. Info dari Indo Leaks

Quote:
Sebelumnya, dokumen visum et repertum Ahmad Yani yang dirilis Indoleaks juga hanya menyebutkan luka tembak.

Quote:
Padahal Orde Baru mencatat kalau PKI telah mencungkil mata Pahlawan Revolusi itu.
2. R. Soeprapto (Deputi II Menpangad)


Quote:
Jenazah Mayjen R. Soeprapto diidentifikasi oleh dokter gigi RSPAD Kho Oe Thian dari susunan gigi geligi sang jenderal.

Pada jenazah R. Soeprapto ditemukan:

(a) tiga luka tembak masuk di bagian depan,
(b) delapan luka tembak masuk di bagian belakang,
(c) tiga luka tembak keluar di bagian depan,
(d) dua luka tembak keluar di bagian belakang,
(e) tiga luka tusuk,
(f) luka-luka dan patah tulang karena kekerasaan tumpul di bagian kepala dan muka,
(g) satu luka karena kekesaran tumpul di betis kanan, dan
(h) luka-luka dan patah tulang karena kekerasan tumpul yang berat sekali di daerah panggul dan bagian atas paha kanan.
a. Indoleaks: Ternyata Saat Wafat, Organ Tubuh Letnan Jenderal Soeprapto Masih Utuh!

Quote:
Letjen Suprapto adalah pahlawan revolusi yang menjadi korban pembunuhan G30 S PKI pimpinan DN Aidit dan Kolonel Untung. Beliau lahir di Purwokerto 20 Juni 1920 dan wafat di Lubang Buaya 1 Oktober 1965.

Pendidikan umum yang berhasil ia tamatkan adalah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yakni pendidikan setingkat SMP dan AMS (Algemne Middelberge School) yaitu pendidikan setingkat SMA.

Suprapto pernah mengikuti pendidikan militer Koninklijke Militaire Akademie di Bandung namun tidak tamat karena pendudukan Jepang.

Pada pemberontakan yang dilancarkan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965, dirinya menjadi salah satu target yang akan diculik dan dibunuh.

Hingga meredupnya peristiwa tersebut, tak ada lagi yang membahasnya karena kini telah sibuk oleh brainwashed dunia lainnya dan mulai menganggap bahwa sejarah sudah lewat dan bukanlah apa-apa lagi. Padahal melalui sejarah, kita dapat belajar, karena sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah adalah track record.
b. Dokumen Visum et Repertum Letjen Suprapto

Quote:
Kisah sadis menyertai peristiwa G30S PKI dalam sejarah yang dicatat Orde Baru. Letjen Anumerta R Soeprapto misalnya, disebut disilet-silet dan dipotong alat kelaminnya. Namun sebuah dokumen visum et repertum yang dirilis situs whistle blower Indoleaks, menunjukkan hal yang berbeda.

Dari situs resminya yang dikeluarkan sejak beberapa tahun lalu, Senin (13/12/2010), ada lagi sebuah dokumen visum et repertum yang dibuat oleh 4 dokter RSPAD yaitu dr Roebino Kertopati, dr Frans Pattiasina, dr Sutomo Tjokronegoro, dr Liaw Yan Siang, dr Lim Joe Thay, pada 5 Oktober 1965. Bagian nama, tempat tanggal lahir, pangkat, jabatan dan alamat sengaja dihitamkan.

Tampak dokumen Visum et repertum oleh dokter dituliskan pro justitia. Bahwa sumpah pro justitia tidak boleh bohong, tidak boleh menambah, tidak boleh mengurangi. Apa kenyataan itu, harus dimasukkan dalam visum et repertum itu harus jadi pegangan, sebab ini satu kenyataan, bukan khayalan.



Quote:
Namun dari deskripsi luka, diduga kuat bahwa dokumen itu adalah dokumen visum et repertum Letjen TNI Anumerta R Soeprapto. Data pembandingnya adalah keterangan visum Letjen R Soeprapto yang pernah disebutkan dalam makalah pakar politik Indonesia dari Cornell University, AS, Ben Anderson, pada jurnal ‘Indonesia‘ edisi April 1987.

Ada kain sarung dan kemeja yang melekat pada korban. Ada beberapa persamaan dan banyak juga perbedaan antara luka Letjen Soeprapto versi Orde Baru dan dokumen visum yang asli. Berbeda dengan Ahmad Yani, Soeprapto masih hidup saat diculik dari rumahnya. Dia baru gugur di Lubang Buaya.

Dalam versi Orde Baru dan juga dilansir Harian Berita Yudha 9 Oktober 1965, wajah dan tulang kepala Soeprapto remuk namun masih dapat diidentifikasi. Hasil visum juga menunjukkan kalau ada luka dan pukulan benda tumpul yang menyebabkan patah tulang di bagian kepala dan muka.

Quote:
Nah, justru perbedaannya yang mencolok. Versi TNI menyebutkan ada pengakuan anggota Gerwani, bahwa mereka menyilet-nyilet korban, bahkan memotong alat kelamin korban. Namun, rupanya dalam dokumen yang diungkap Indoleaks, hal itu tidak terbukti.

Laporan visum untuk Soeprapto, selain patah/retak tulang tengkorak di enam titik, adalah patah tulang di betis kanan dan paha kanan.

Luka benda tumpul diduga batu atau popor senapan. Soeprapto memang mengalami 3 luka tusuk, namun dari bayonet dan bukan silet. Soeprapto juga gugur akibat 11 luka tembak di berbagai bagian tubuh. Selain itu tidak ada luka lagi. Tidak ada bukti penyiletan apalagi mutilasi alat kelamin.

Pembunuhan Letjen Soeprapto tentu saja tragis, namun tidak sesadis yang dijabarkan dalam catatan sejarah versi Orde Baru.

Ia juga salah satu perwira TNI yang menolak pembentukan angkatan kelima yang diusulkan PKI sehingga menjadi target pembunuhan PKI bersama Ahmad Yani, MT Haryono, DI Pandjaitan,Sutoyo Siswo Miharjo dan S.Parman.
Spoiler:



d. Perbandingan Informasi

Quote:
Mari kita coba kembali flashback dari info diatas mengenai janazah Soeprapto, menurut info dari ABRI dan Indo Leaks.
i. Versi Orba dan TNI:

Quote:
- Wajah dan tulang kepala Soeprapto remuk namun masih dapat diidentifikasi.
- Luka dan pukulan benda tumpul yang menyebabkan patah tulang di bagian kepala dan muka.
- Menurut versi TNI menyebutkan ada pengakuan anggota Gerwani, bahwa mereka menyilet-nyilet korban, bahkan memotong alat kelamin korban.
ii. Versi Indoleaks:

Quote:
- Ada kain sarung dan kemeja yang masih melekat pada korban.
- Jenderal Soeprapto masih hidup saat diculik dari rumahnya.
- Dalam dokumen yang diungkap Indoleaks, Jendral ini tak disilet-silet, dan alat kelamin korban tak dipotong.
- Terdapat patah/retak tulang tengkorak di enam titik, adalah patah tulang di betis kanan dan paha kanan. Luka benda tumpul diduga batu atau popor senapan.
- Soeprapto memang mengalami 3 luka tusuk, namun dari bayonet dan bukan silet.
- Soeprapto juga gugur akibat 11 luka tembak di berbagai bagian tubuh. Selain itu tidak ada luka lagi. Tidak ada bukti penyiletan apalagi mutilasi alat kelamin.
3. MT. Harjono (Deputi III Menpangad)


Quote:
Di bagian perut Mayjen MT. Harjono ditemukan sebuah luka tusuk benda tajam yang menembus sampai ke rongga perut. Luka tusuk benda tajam juga ditemukan di punggung, namun tidak menembus rongga dada. Dan di tangan kiri dan pergelangan tangan kanan terdapat luka karena kekerasan tumpul yang berat.

Jenazah Mayjen MT. Harjono diidentifikasi oleh saudara kandungnya, MT. Moeljono, pegawai Perusahaan Negara Gaya Motor. Salah satu tanda pengenal jenazah ini adalah cincin kawin bertuliskan “Mariatna”, nama sang istri.

Cincin kawin, bertuliskan “SPM” juga menjadi salah satu penanda jenazah Mayjen S. Parman, selain kartu tanda anggota AD dan surat izin mengemudi serta foto di dalam dompetnya.

4. S. Parman (Asisten I Menpangad)


Quote:
Jenazah S. Parman diidentifikasi oleh dr. Kolenel CDM Abdullah Hasan.

Pada mayat S. Parman ditemukan:

(a) tiga luka tembak masuk di kepala bagian depan,
(b) satu luka tembak masuk di paha bagian depan,
(c) satu luka tembak masuk di pantat sebelah kiri,
(d) dua luka tembak keluar di kepala,
(e) satu luka tembak keluar di paha kanan bagian belakang, dan
(f) luka-luka dan patah tulang karena kekerasan tumpul yang berat di kepala, rahang dan tungkai bawah kiri.

5. D. Isac Panjaitan (Deputi IV Menpangad)


Quote:
Mayat Brigjen DI. Panjaitan diidentifikasi oleh adiknya, Copar Panjaitan dan Samuel Panjaitan, dan dikenali dari pakaian dinas yang dikenakannya serta cincin mas di tangan kiri yang bertuliskan “DI. Panjaitan”.

Tim dokter menemukan luka tembak masuk di bagian depan kepala, juga sebuah luka tembak masuk di bagian belakang kepala. Sementara itu di bagian kiri kepala terdapat dua luka tembak keluar. Terakhir, di punggung tangan kiri terdapat luka iris.

6. Soetojo Siswomihardjo (Oditur Jenderal/ Inspektur Keha****n AD).


Quote:
Quote:
Mayat berikutnya adalah Brigjen Soetojo Siswomihardjo yang diidentifikasi oleh adiknya, dokter hewan Soetopo. Jenazah Brigjen Soetojo dikenali dari kaki kanannya yang tidak ber-ibujari, pakaian yang dikenakannya, arloji merek Omega dan dua cincin emas masing-masing bertuliskan “SR” dan “SS”.

Pada mayat Brigjen Soetojo ditemukan:

(a) dua luka tembak masuk di tungkai bawah kanan bagian depan,
(b) sebuah luka tembak masuk di kepala sebelah kanan yang menuju ke depan,
(c) sebuah luka tembak keluar di betis kanan sebagian tengah,
(d) sebuah luka tembak keluar di kepala sebelah depan, dan
(e) tangan kanan dan tengkorak retak karena kekerasan tumpul yang keras atau yang berat.

[IMG]7. Pierre Andreas Tendean (Ajudan Menko Hankam/ KASAB Jenderal AH Nasution)[/IMG]

Quote:
Selanjutnya adalah mayat Lettu P. Tendean yang dikenali perwira kesehatan Dirkes AD CDM Amoro Gondoutomo yang menjadi dokter pribadi Menko Hankam/KASAB.

Mayat P. Tendean dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan batu cincin berwarna biru.

Pada mayat P. Tendean tim dokter menemukan:

(a) empat luka tembak masuk di bagian belakang,
(b) dua luka tembak keluar bagian depan,
(c) luka-luka lecet di dahi dan tangan kiri, dan
(d) tiga luka ternganga karena kekerasan tumpul di bagian kepala.

B]D. Format Dokumen Visum et Repertum 7 Jenazah Korban[/b]

Quote:
Dokumen visum et repertum ketujuh korban yang saya peroleh dituliskan dalam format yang sama. Di pojok kanan atas halaman depan terdapat tulisan “Departmen Angkatan Darat, Direktortat Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, Pro Justicia”.

Sementara di pojok kiri halaman depan tertulis “Salinan dari salinan.”

Bagian kepala laporan bertuliskan “Visum et Repertum” diikuti nomor laporan pada baris bawah yang dimulai dari H.103 (Letjen Ahmad Yani) hingga H.109 (Lettu P. Tendean).

Bagian awal laporan adalah mengenai dasar hukum tim dokter tersebut. Pada bagian ini tertulis rangkaian kalimat sebagai berikut:
“Atas perintah Panglima Kostrad selau Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban kepada Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat di Jakarta, dengan surat perintah tanggal empat Oktober tahun seribu sembilan ratus enam puluh lima, nomor PRIN-03/10/1965 yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal TNI Soeharto, yang oleh Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat diteruskan kepada kami yang bertandatangan di bawah ini.”

Quote:
Diikuti nama dan jabatan kelima dokter anggota tim. Setelah itu adalah bagian yang menjelaskan kapan dan dimana visum et repertum dilakukan. Pada bagian ini tertulis kalimat:
“maka kami, pada tanggal empat Oktober tahun seribu sembilan ratus enam pulu limam mulai jam setengah lima sore sampai tanggal lima Oktober tahun seribu sembilan ratus enam puluh lima jam setengah satu pagi, di Kamar Seksi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Jakarta, telah melakukan pemeriksaan luar atas jenazah yang menurut surat perintah tersebut di atas adalah jenazah dari pada.”

Quote:
Bagian ini diikuti oleh bagian berikutnya yang menjelaskan jati diri jenazah dimulai dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, pangkat, dan terakhir jabatan.

Selanjutnya ada sebuah paragraph yang menjelaskan kondisi terakhir jenazah sebelum ditemukan dan diperiksa. Pada bagian ini tertulis:
“Korban tembakan dan/atau penganiayaan pada tanggal satu Oktober tahun seribu sembilan ratus enam pulu lima pada peristiwa apa yang dinamakan Gerakan 30 September.”

Quote:
Bagian ini dikuti oleh penjelasan identifikasi; siapa yang mengidentifikasi dan apa-apa saja tanda utama yang dijadikan patokan dalam identifikasi itu.

Setelah bagian indentifikasi, barulah tim dokter memaparkan temuan mereka dari “hasil pemeriksaan luar” yang dilakukan terhadap jenazah sebelum mengkahirinya dengan “kesimpulan”.


Keterangan gambar atas: Diorama penyiksaan para Jenderal dan Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, Jakarta, sumber gambar: insulinda.wordpress.com)

Quote:
Bagian penutup diawali dengan tulisan “Dibuat dengan sesungguhnya mengingat sumpah jabatan” pada bagian kanan. Diikuti nama dan tanda tangan serta cap kelima dokter anggota tim.

Bagian paling akhir dari dokumen-dokumen yang saya peroleh ini mengenai autentifikasi dokumen. Karena dokumen ini merupakan “salinan dari salinan” maka ada dua penanda autentifikasi dokumen ini.

Bagian pertama bertuliskan “Disalin sesuai aslinya” dan ditandatangani oleh “Yang menyalin” yakni Kapten CKU Hamzil Rusli Bc. Hk. (Nrp. 303840) selaku panitera.

Bagian kedua autentifikasi bertuliskan “Disalin sesuai dengan salinan” dan ditandatangani oleh “Panitera dalam Perkara Ex LKU” Letnan Udara Satu Soedarjo Bc. Hk. (Nrp. 473726). Namun tidak ditemukan petunjuk waktu kapan dokumen ini disalin dan disalin ulang.

Sunday, October 6, 2013

ZODIAK VIRGO

Ramalan berlaku : 07 Oktober 2013 - 13 Oktober 2013

 

Umum


Ini memang masih awal bulan, tapi bukan berarti Anda menerima semua ajakan teman untuk hang out ya. Anda juga harus berhemat dan belajar menyesuaikan keuangan dengan kebutuhan. Di akhir minggu, Anda akan disibukkan dengan acara keluarga.

Minggu ini Anda akan sering diganggu dengan sakit kepala yang muncul. Apalagi Anda sedang super malas berolahraga. Ini memperburuk dan bisa membuat Anda jadi mudah sakit. Jika penyebabnya adalah stres, ada baiknya Anda meluangkan waktu untuk beryoga, setidaknya menenangkan diri.

Love

Single : Lagi naksir seseorang ya? Dia nampak sempurna untuk Anda, yakin? Ada baiknya memang tidak menilai seseorang hanya dari penampilan awalnya saja. Dekati dan kenali dia lebih dekat.

Berpasangan : Menyepelekan apa yang ada itu tidak pernah ada baiknya. Apalagi jika ada masalah kecil dalam hubungan, harus segera diselesaikan. Lebih baik meluangkan waktu sekarang daripada cekcok besar kemudian.

Karier & Keuangan

Anda akan menjadi pusat perhatian di kantor minggu ini. Entah karena prestasi atau sesuatu yang lain, Anda yang menentukan. Jika Anda ingin dikenal karena karya, maka kerjakan semua pekerjaan dengan hati yang tulus.Hati-hati jika sedang berbelanja di Mall minggu ini. Anda sedang mudah tergoda untuk berbelanja, sayangnya impulsif. Jika memang dibutuhkan, beli, jika tidak, tinggalkan. Jangan sampai nanti di akhir bulan Anda bingung dan menyesal.
By Woman of KapanLagi.com 5 out of 5 based on 6246 ratings.

Nomor

3

Warna

 

Thursday, October 3, 2013

44 Tahun G-30S PKI, Antara Sebuah Fakta Atau Rekayasa ?




Film G30 S PKI, Fakta atau sebuah rekayasa sejarah?

Tepat hari ini 30 September 44 tahun yang lalu Indonesia diguncang suatu tragedi yang sangat memilukan sejarah dan catatan perjalanan bangsa. Para Jendral dan Petinggi Angkatan Darat saat itu dibunuh secara sadis dan tidak berperikemanusiaan.
Hingga akhir kekuasaan rezim Soeharto semua orang percaya bahwa semua itu adalah perbuatan yang diotaki oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan di pelajaran sejarah pun di catatkan kronologi menurut kepentingan penguasa saat itu. Namun ketika orde reformasi dan tumbangnya rezim orde baru sepeninggal Soeharto dimana kebebasan berbicara terbuka lebar mulailah terkuak satu persatu kejanggalan skenario sejarah yang selama ini dicatatkan.
Dalam buku Sejarah kelas 3 kurikulum 1994 ditulis bahwa PKI yang menjadi dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dimana peristiwa itu mengigatkan kita bahwa PKI selalu berusaha mencari kesempatan untuk melakukan Kudeta (perebutan kekuasaan).
Dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa Aidit menugaskan Kamaruzaman alias Syam sebagai Ketua Biro Khusus PKI untuk merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan. Kemudian biro ini melakukan pembinaan terhadap perwira-perwira ABRI diantaranya adalah Brigjen Supardjo dan Letkol Untung dari TNI AD, Kolonel Sunardi dari TNI AL dan Letkol Anwas dari Kepolisian. PKI menyadari bahhwa hambatan untuk mencapai tujuannya adalah TNI AD. Oleh karena itu pada tanggal 30 September 1965 sebelum subuh tanggal 1 Oktober 1965 upaya penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira tinggi TNI AD dilancarkan. Di buku tersebut juga dipaparkan bahwa penumpasan pemberontakan G30S/PKI dilakukan oleh ABRI dan rakyat yang setia kepada Pancasila. Mayjen Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat) mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kembali keadaan.




Pengambilan jenasah para Jenderal AD di Lubang Buaya

Kebutuhan akan rekonstruksi sejarah, yang terasa berkenaan dengan tumbuhnya kebingungan masyarakat awam mengenai sejarah G30S/PKI seperti yang telah mencuat melalui media massa. Ironisnya hampir seluruh informasi baru diekspos oleh media tersebut bertolak belakang dengan buku SMP kelas 3 1994. Pemaparan baru fakta dan opini dibalik G30S/PKI itu pada pokoknya ingin mengubah peran dan posisi Jendral Soeharto terhadap G30S/PKI yakni pemberantas yang cekatan dan jitu menjadi terlibat atau tersangka.
Adapun pemaparan baru tentang fakta dan opini di balik G30S/PKI itu, ingin merubah total peran dan posisi Soeharto terhadap G30S/PKI yakni sebagai sebagai pemberantas yang cekatan dan jitu mejadi terlibat atau tersangka.
Fakta-fakta tersebut antara lain:

1. Pengakuan Kol. A. Latief (gembong PKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencana penindakan terhadap sejumlah jendral. Dalam bahasa laten menghadapkan Dewan Jendral kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu Panglima Kostrad tidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu. Latief menginformasikan rencana penindakan terhadap pera Jendral itu dua hari dan enam sebelum hari H.

2. Fakta bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan bahaya. Kalau betul Soeharto tidak berada dalam Inner Cycle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban yang dihabisi di malam tersebut.

3. Hubungan emosional cukup dan amat dekat Soeharto dengan para pelaku PKI yakni Untung dan Latief sedangkan Sjam termasuk kolega Soeharto di tahun-tahun sesudah Proklamasi.

4. Menurut penuturan Mayjen (Purn) Mursjid, 30 September malam menjelang 1 Oktober 1965 itu pasukan Yon 530/Brawijaya berada di sekitar Monas. Padahal tugas panggilan dari Pangkostrad Mayjen Soeharto adalah untuk defile 5 Oktober.

5. Mayjen (Purn) Suharjo, mantan Pangdam Mulawarman yang sama-sama dalam tahanan dengan Mayor (Purn) Soekardi, eks Wadan Yon 530/Brawijaya menceritakan bahwa surat perintah dari Pangkostrad kepada DanYon 530 itu dalam rangka penugasan yang disinggung Jendral Mursjid tadi, ternyata kemudian dibeli oleh Soeharto seharga Rp 20 juta.

Ratna Sari Dewi (mantan istri Bung Karo) pernah menyatakan: ?Sejak pagi 1 Oktober Soeharto sudah propaganda bahwa pelakunya PKI sepertinya dia sudah tahu semua seakan telah direncanakan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana ia bisa menguasai Indonesia? Harus diingat system komunikasi saat itu belum seperti sekarang. Teleponnya belum lancar dan tak ada yang punya telepon genggam. Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yang terjadi pada malam 30 September dan segera bertindak begitu cepat? Kalau belum tahu rencana G30S/PKI ia tidak mungkin bisa melakukannya.?
Dari kutipan buku Sejarah SMP kelas 3 tersebut diatas dengan pengakuan Ratna Sari Dewi kita dapat menarik menarik kesimpulan bahwa Soeharto sudah mengetahui akan terjadi gerakan 30 September yang dilakukan PKI.
Hal ini dibuktikan, mengapa begitu cepat dia mengambil keputusan dan mengumumkan ke seluruh rakyat Indonesia melalui RRI, bahwa telah terjadi peristiwa penculikan oleh gerakan kontra Revolusioner yang menamakan dirinya G30S padahal, alat komunikasi pada saat itu belum secanggih sekarang.
Fakta-fakta lain yang mampu mengungkap kebenaran ini tidak hanya sebatas fakta internal. Lebih dari itu kebenaran yang mulai terkuak mengejutkan masyarakat awam adalah ternayata Soeharto juga mempunyai hubungan dengan CIA. Hal ini terbukti dengan adanya satu kompi batalyon 454 Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto sebagai penggerak.
Soeharto disebut-sebut terlibat dalam peristiwa tragis itu. Oleh saksi dan sejumlah pelaku sejarah , serta sejarawan, dikatakan Soeharto mengetahui rencana penculikan para jenderal tapi tidak berusaha mencegahnya. Itulah salah satu titik kontroversi G30S. Buku yang terbit pertama kali pada 1999 ini menyebutkan ada enam titik kontroversi (hlm. 6-9).
Pertama, siapa dalang gerakan 1 Oktober 1965?
Kedua, mengapa Mayjen Soeharto menghalangi Mayjen Pranoto Reksosamodro menghadap Presiden Soekarno untuk didaulat menjadi Men/Pangad, jabatan yang ditinggalkan Letjen Ahmad Yani?
Ketiga, mengapa Soeharto seolah-olah mengulur waktu untuk merebut Gedung RRI dari tangan G30S?
Keempat, mengapa penggalian mayat para jenderal baru dilaksanakan pada 4 Oktober 1965, padahal lokasinya sudah diketahui pada 3 Oktober?
Kelima, adakah konspirasi antara Letkol Untung Syamsuri (pemimpin lapangan), Kolonel Latief, Sjam Kamaruzzaman, dan Mayjen Soeharto? Keenam, mengapa Ketua Partai Komunis Indonesia, D.N. Aidit, dibunuh ketika dia tertangkap di Boyolali, padahal kesaksiannya di pengadilan akan sangat membantu untuk menyingkap tabir G30S yang sebenarnya? Yang menarik pada buku ini adalah pengungkapan pertemuan Kolonel Latief dan Soeharto di RSAD Gatot Soebroto beberapa jam menjelang penculikan para jenderal. Waktu itu anak Soeharto yang berusia tiga tahun, Tommy, ketumpahan sup panas dan dilarikan ke rumah sakit itu. Di sana pada sekitar pukul 21.00, Latief menemui Soeharto. Menurut pengakuan Soeharto, dalam wawancara dengan surat kabar Del Spiegel Jerman Barat pada Juni 1970, kedatangan Latief untuk membunuhnya. “Tapi, nampaknya ia tidak melaksanakan berhubung kekhawatirannya melakukan di tempat umum,” ujar Soeharto. Pengakuan Soeharto itu bertentangan dengan jawaban yang diberikan kepada penulis bernama Brachman pada 1968, yang mengatakan bahwa Kolonel Latief datang untuk menanyakan kesehatan anaknya. “Saya terharu atas keprihatinannya,” kata Soeharto (hlm 18). Sementara itu, Latief sendiri mengatakan: “Yang sebenarnya saya pada malam itu di samping memang menengok putranda yang sedang terkena musibah itu, sekaligus saya melaporkan akan diadakannya gerakan pada esok pagi harinya untuk menggagalkan Coup d”Etat dari Dewan Jenderal, di mana beliau sudah tahu sebelumnya.” (hlm 20). Buku ini juga mengungkap kesaksian Boengkoes, yang muncul di media massa setelah Soeharto lengser.

Boengkoes adalah serma pelaku langsung G30S. Saat gerakan berlangsung ia mendapat tugas menangkap Mayjen MT Haryono. Kesaksian Boengkoes dalam buku ini merupakan kompilasi dari wawancara sejumlah media massa, setelah Boengkoes dibebaskan dari LP Cipinang pada 25 Maret 1999. Salah satu poin kesaksiannya adalah bahwa para jenderal itu tidak disiksa terlebih dahulu sebelum ditembak. Ini sangat berbeda dengan yang digembar-gemborkan Orde Baru bahwa para jenderal itu digambarkan disiksa bahkan dikatakan disayat-sayat, apalagi ***** dipotong. “Para jenderal itu dipapah sampai bibir sumur baru kemudian ditembak,” ujarnya. Kesaksian Boengkoes mempertegas hasil Selain itu, kata Boengkoes, “Dan tidak benar kalau ada pesta dan nyanyi-nyanyi (seperti film tayangan ).
Suasana saat itu benar-benar sepi….” Masih ada sejumlah kesaksian pelaku sejarah mengenai G30S, yang menarik untuk
diketahui sebagai perbandingan dengan sejarah G30S versi Orde Baru yang tidak akurat atau sengaja dipalsukan.

Saturday, August 31, 2013

Tim Ilmuwan Ciptakan Miniatur Otak Manusia

Otak kreasi mereka mampu bertahan sampai hampir setahun

Ilustrasi Otak

Selama ini otak manusia dikenal sebagai struktur paling rumit yang ada di alam semesta. Namun, beberapa peneliti dari Institut Bioteknologi Molekuler di Akademi Ilmu Pengetahuan, Austria, berhasil membuat miniatur otak manusia di dalam laboratorium.

Menurut stasiun berita BBC, 30 Agustus 2013, struktur otak yang diciptakan oleh para ahli saraf itu berhasil tumbuh sebesar ukuran kacang, atau seukuran janin berumur sembilan minggu. Namun, otak itu belum memiliki kemampuan untuk berpikir.

Para peneliti berharap terciptanya salah satu organ penting manusia ini dapat memberikan pemahaman baru terhadap gangguan neurologis, atau gangguan sistem saraf manusia.

"Saat ini kami masih dalam tahap awal perkembangan dalam mereproduksi organ-organ manusia di dalam laboratorium," kata Dr Juergen Knoblich, salah satu peneliti yang terlibat.

Untuk menciptakan miniatur otak manusia para peneliti menggunakan sel batang embrio dan sel kulit orang dewasa. Lalu, sel-sel itu berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang.

"Meskipun otak ini jauh dari sempurna, tapi otak ini akan terus tumbuh sesuai dengan perkembangan otak bayi berumur sembilan minggu. Ukuran maksimun dari otak sekitar 4 milimeter, atau sekitar 0,1 inci," jelas Knoblich.

Knoblich juga menyampaikan bahwa otak ini mampu bertahan sampai hampir  setahun, tapi ukurannya tidak membesar. Itu terjadi karena tidak ada pasokan darah pada jaringan otak, sehingga nutrisi dan oksigen tidak masuk ke struktur otak.

"Tapi yang utama adalah kami ingin bagaimana perkembangan otak manusia dan mempelajari apa yang menyebabkan cacat pada sistem saraf," ujar Knoblich.

Prof Paul Matthews, dari Imperial College London, Inggris, penelitian ini sangat menarik dan luar biasa, karena mempelajari mental dan emosional manusia dari otaknya.

"Kita sekarang tahu otak manusia bisa diciptakan dari sel kulit manusia. Walaupun ukurannya hanya sebesar kacang polong, tapi sudah memiliki bentuk. Sekarang kita dapat mempelajari otak kecil manusia dan memahami gangguan pada otak ketika manusia berusia dewasa," kata Matthews. (eh)

Monday, May 20, 2013

Fungsi Unik Yang Tersembunyi Dari Flashdisk

Fungsi Unik Yang Tersembunyi Dari Flashdisk - Sebuah alat penyimpanan mobile bernama Flashdisk tentu saja sudah sangat Anda kenal. Perangkat ini biasa digunakan untuk menyimpan atau memindahkan data dari komputer ke komputer lainnya.
Namun, tak banyak orang yang mengetahui bahwa flashdisk ternyata memiliki fungsi tersembunyi, misalnya mengunci dan membuka komputer, atau bahkan meningkatkan kinerja komputer Anda.
Berikut ini empat fungsi tersembunyi yang bisa dilakukan oleh USB Flashdisk dengan komputer windows Anda :
1. Mengunci dan Membuka Komputer
Flash disk dapat digunakan sebagai sebuah “kunci” untuk mengunci dan membuka perangkat komputer Anda. Seperti dalam sebuah film fiksi, Anda cukup mecolokkan flash disk untuk membuka, dan ketika flash disk dicabut maka seketika komputer PC akan otomatis terkunci (locked).
Untuk menggunakan fungsi ini, Anda harus memasang aplikasi bernama Predator. Fitus tersembunyi flashdisk ini akan berfungsi layaknya lock Function manual windows, hanya saja jika menggunakan flash disk Anda tak perlu repot-repot memasukkan kata kunci.
2. Menghubungkan ke jaringan Wi-Fi secara cepat
Flash disk ternyata bisa digunakan untuk menghubungkan (connect) komputer ke jaringan Wi-Fi secara cepat sesegera mungkin tanpa harus memasukkan kata kunci (password) berulangkali. Hal ini dimungkinkan karena windows mempunyai fitur yang bisa menyimpan nama jaringan Wi-Fi yang telah digunakan. Kemudian data tersebut bisa kita simpan di flash disk dengan cara klik ikon wireless klik kanan Wi-Fi yang baru saja digunakan – properties. Perhatikan Tab Connection, klik link Copy this network profile to a USB Flash drive klik Next, maka seketika windows akan menyalin konfigurasi dan pengaturan profile tersebut ke flash disk.
Untuk menggunakan di komputer lain, colokkan flash disk dan double klik file setup SNK.exe maka profil jaringan akan segera terinstal dan komputer sudah siap untuk dikoneksikan.
3. Meningkatkan kecepatan komputer
Flash disk juga bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja kmputer yang lambat. Dengan bantuan sebuah aplikasi yang bernama readyboost. Jika kinerja hard disk lebih lambat dari flah disk Anda, readyboost akan membaca cache file yang sering dibuka dari flash disk, sehingga bisa meningkatkan kecepatan komputer.
4. Menginstall webserver portable
Memiliki web server yang bisa dibawa ke mana mana tentu saja mengasyikan, hal itulah yang bisa Anda lakukan dengan flash disk. Sebab flash disk dapat digunakan untuk web server portable. dengan menginstall server2go pada flash disk, Anda bisa menjalankan web server dengan cepat di komputer manapun tanpa harus melakukan instalasi lagi. Jika Anda seorang web developer, tentu saja ini akan sangat membantu sebab Anda bisa melakukan presentasi di mana saja dengan web server di kantong Anda.
semoga Fungsi Unik Yang Tersembunyi Dari Flashdisk dapat menambah pengetahuan anda.

Wednesday, May 15, 2013

Mengungkap Sejarah Kematian Soekarno (Presiden RI yang pertama)

“Kematian Bung Karno sengaja diatur terjadi pada 1970, agar Pemilu Indonesia di 1971 yang merupakan pemilu pertama yang digelar pemerintahan Orde Baru, dapat terlaksana. Pelaksanaan Pemilu 1971, secara politis tidak terkendala.” (Ratna Sari Dewi Soekarno a.k.a. Naoko Nemoto)

Ratna Sari Dewi Soekarno, sudah lama tidak terdengar. Salah satu hal menarik dari wanita asal Jepang itu, setiap kehadirannya di Jakarta selalu menciptakan berita.

Kalau bukan soal kecantikan, yah pernyataannya. Dewi saat ini sudah berusia 72 tahun, lahir 6 Februari 1940. Tapi penampilannya belum seperti nenek-nenek.

Ia masih berdandan seperti wanita berusia 40-an tahun atau setengah abad. Dandanannya masih tetap trendy dan sisa kecantikannya belum hilang.

Ketika demam Soekarno kembali muncul di Indonesia pada 1988 Dewi Soekarno pernah membuat pernyataan yang cukup mengejutkan.

Menurut dia, suaminya, Soekarno (Bung Karno) yang juga Proklamator RI, meninggal secara tidak wajar.

Kata wanita asal Jepang yang bernama asli Naoko Nemoto itu, kematian Bung Karno sengaja diatur terjadi pada 1970, agar Pemilu Indonesia di 1971 yang merupakan pemilu pertama yang digelar pemerintahan Orde Baru, dapat terlaksana. Pelaksanaan Pemilu 1971, secara politis tidak terkendala.

Dewi menjelaskan, akan sangat janggal bagi penglihatan dunia internasional jika Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto menggelar Pemilu di 1971.

Sebab pada saat itu, Indonesia tengah memiliki Presiden Kembar: Soekarno (de jure) dan Soeharto (de facto). Oleh karena itu sebelum Pemilu 1971, Soekarno harus disingkirkan (dilenyapkan).


Soeharto dilantik menjadi presiden setelah mengeluarkan Supersemar ke presiden Sukarno

Pernyataan Dewi itu merupakan salah satu penggalan dari wawancaranya dengan Tabloid Detak. Media yang dikelolah Eros Djarot, sutradara film yang dikenal dekat dengan puteri Bung Karno, Megawati pada saat itu, tidak berusia panjang.

Tabloid yang diterbitkan dari Gedung Prioritas, Jl.Gondangdia Lama, Jakarta, tempat Surya Paloh menerbitkan harian Prioritas dan majalah Vista ketika itu, kemudian menghentikan penerbitannya dan sebagian krunya lalu meluncurkan media internet Detik Dotkom.





Dewi Sukarno a.k.a. Madame Syuga saat muda
Pernyataan Dewi tersebut tidak berhenti di situ. Ia menuduh, sebelum meninggal, rezim militer sengaja mengisolasi Soekarno di Wisma Yaso, sekarang Museum Mandala di Jl Gatot Subroto, Jakarta.

Pengucilan dimaksudkan agar suaminya itu mengalami kehidupan yang stress.

Setelah itu ada alasan untuk membawa Bung Karno ke rumah sakit.

Tapi Dewi yang saat Bung Karno menjalani kehidupan sebagai tahanan rumah sedang mengasingkan diri di Paris, Prancis mengaku, mendapatkan informasi tentang keadaan Bung Karno setelah ia mewawancarai para pembantu yang merawat almarhum.

“Bapak (Soekarno) meronta dan berteriak-teriak bahwa dia tidak sakit, ketika sejumlah dokter yang dikawal militer menjemputnya untuk dibawa ke rumah sakit,” berkata Dewi kepada Tabloid Detak.

Pernyataan Dewi itu secara resmi tidak perah dibenarkan ataupun dibantah oleh pemerintahan Orde Baru. Namun isunya kemudian tenggelam dan dilupakan orang begitu saja.

Tapi boleh jadi akuntabilitas Dewi sebagai sumber berita melemah, sebab prilaku Dewi di masyarakat pun, banyak yang tidak patut.

Di 1992, Dewi dilaporkan pernah berkelahi di sebuah pesta dengan anak bekas Presiden Filipina, Minnie Osmena.

Dewi melempar wajah sosialita yang tinggal di Amerika Serikat itu dengan gelas anggur menyebabkan wajah wanita asal Filipina itu harus mendapat jahitan pengobatan. Dewi sendiri harus meringkuk di penjara California selama 37 hari.


Tidak lama berselang, pada 1994 Dewi meluncurkan sebuah buku yang berisikan foto-foto tubuhnya yang tidak dibalut oleh sehelai benangpun. Juga ada bagian-bagian yang diberi gambar tatoo.

Buku yang diberi judul Madame De Syuga itu seperti melunturkan reputasinya sebagai isteri Proklamator RI.

Walaupun buku itu dilarang beredar di Indonesia, tetapi gara-gara sebagian isinya dikutip majalah What’s On Jakarta pengutipan itu mengakibatkan citra Dewi di Indonesia menjadi kurang baik.

Dewi sendiri berdalih bahwa bukunya tidak berisikan gambar ****o, melainkan sekadar menggambarkan bahwa wanita yang sudah berusia hampir setengah abad pun masih bisa memiliki tubuh yang indah, sexy dan menarik.

Namun dalihnya tak bisa menghapus kesan negatif tentang dirinya.

Pada 2001, saat Megawati Soekarnoputri, anak tirinya, baru saja menjadi Presiden RI, Dewi berkomentar singkat “Saya kira, Megawati secara berangsur melakukan apa yang bisa dia lakukan,” katanya.

“Hanya saja memang tidak mudah bagi seorang wanita untuk menjadi Presiden di negara yang mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam”.

Pernyataan Dewi tersebut sulit ditafsirkan apakah ia mendukung atau meremehkan kemampuan Megawati selaku Presiden RI atau bagaimana?

Sulit ditafsirkan karena dari bahasa tubuhnya, di sisi lain, putri tunggal kesayangannya Kartika Soekarno, sangat lengket dengan keluarga Teuku Umar (Mega-Taufiq). Kedekatan Kartika dengan keluarga Teuku Umar terlihat dari beberapa peristiwa.


Sutan Sjahrir, Sukarno dan Hatta

Kartika ikut serta dalam rombongan Presiden Megawati yang melakukan lawatan ke luar negeri.

Kartika selalu bersama Puan Maharani, putri Mega dan Taufiq.

Mereka duduk di kabin kepresidenan. Terpisah dari kabin kelas bisnis yang diduduki rombongan Menteri, Anggota DPR dan para Pemimpin Redaksi.

Pada 2007, ketika Mega sudah menjadi mantan Presiden dan Kartika menikah di Belanda, Megawati secara khusus diundang.

Tapi yang mengudang Mega bukan Dewi sebagai orangtua. Melainkan Kartika dan suaminya. Dewi sendiri saat ini menetap di kawasan Shibuya, Tokyo, Jepang. Kalau sedang berada di Jakarta, jarang sekali atau bahkan tidak pernah nampak berkumpul dengan keluarga Soekarno.

Tapi sekalipun begitu bukan Dewi Soekarno, kalau kehadirannya tanpa berkumpul dengan keluarga Soekarno, lalu berlalu tanpa pemberitaan media massa.


Sukarno speech

Dewi seakan punya kiat, setiap kali berada di Jakarta akan selalu menarik media untuk meliput atau mewawancarainya.

Dewi seperti punya Public Relations Officer Profesional yang pintar mengatur acaranya di Jakarta agar tidak dilewatkan oleh media begitu saja. Pada hari Minggu 13 Mei 2012 pukul 06:30, Dewi muncul di program TalkIndonesia, MetroTV.

Dalam acara berbahasa Inggris yang dipandu Dalton Tanonaka, bekas presenter CNN tersebut, Dewi diajak berbicara tentang bagaimana seharusnya seorang Presiden RI berperan atau berprilaku.

Dalton, warga Amerika keturunan Jepang itu juga menghadirkan Ayu Saraswati, seorang artis yang diberi label sebagai keponakan Prabowo Subianto, sosok yang mengklaim sebagai pengagum Soekarno sekaligus salah seorang kontender dalam Pilpres 2014.



Saat talk show berlangsung dan muncul gambar Soekarno yang disusul Presiden SBY, terdapat sejumah pernyataan yang membandingkan era sekarang dengan masa kepemimpinan Soekarno.

“Indonesia secara ekonomi masih tergolong negara miskin. Tapi di era Soekarno, Indonesia disegani oleh bangsa-bangsa lain.” jelasnya.

Di era itu, kalau Presiden berbicara, rakyat mendengar apa yang dikatakan oleh pemimpinnya. Sekarang tidak !” Dewi menambahkan.

Dewi melalui di stasiun TV milik Surya Paloh, yang isterinya blasteran Jepang itu, seakan menyindir Presiden SBY dan kepemimpinanya.

***

Dalam sebuah surat semi puisi yang ditulis Bung Karno tanggal 6 Juni 1962, salah satu bagiannya yang sangat lembut, romantis, sekaligus menggemparkan berbunyi:

“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai seorang istri, yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”

PEMERKOSAAN MASSAL MEI 1998 (Clara Atawa Wanita yang Diperkosa)

CLARA atawa Wanita yang Diperkosa
oleh Seno Gumira Ajidarma

Barangkali aku seorang anjing. Barangkali aku seorang babi*) – tapi aku memakai seragam. Kau tidak akan pernah tahu siapa diriku sebenarnya.
Di hadapanku duduk wanita itu. Rambutnya dicat merah. Coklat sebetulnya. Tapi orang-orang menyebutnya merah. Padahal merah punya arti lain bagiku. Sudah bertahun-tahun aku dicekoki pikiran bahwa orang-orang merah adalah orang-orang yang berbahaya.
Jadi, aku tidak perlu percaya kepada wanita ini, yang rambutnya sengaja dicat merah. Barangkali isi kepalanya juga merah. Barangkali hatinya juga merah. Siapa tahu? Aku tidak perlu percaya kepada kata- kata wanita ini, meski ceritanya sendiri dengan jujur kuakui lumayan mengharukan.
Dia bercerita dengan bahasa yang tidak mungkin dimengerti. Bukan karena bahasa Indonesianya kurang bagus, karena bahasa itu sangat dikuasainya, tapi karena apa yang dialami dan dirasakannya seolah- olah tidak terkalimatkan. Wajahnya yang cantik sarat dengan luka batin yang tak terbayangkan. Aku hampir-hampir terharu bahkan sebelum dia bercerita. Tidak pernah bisa kubayangkan bahwa manusia bisa mengalami beban penderitaan seberat itu justru karena dia lahir sebagai manusia. Ceritanya terpatah-patah. Kalimatnya tidak nyambung.
Kata-kata bertebaran tak terangkai sehingga aku harus menyambung-nyambungnya sendiri. Beban penderitaan macam apakah yang bisa dialami manusia sehingga membuatnya tak mampu berkata-kata?
Maka cerita yang akan kau dengar ini bukanlah kalimatnya melainkan kalimatku. Sudah bertahun-tahun aku bertugas sebagai pembuat laporan dan hampir semua laporan itu tidak pernah sama dengan kenyataan. Aku sudah menjadi sangat ahli menyulap kenyataan yang pahit menjadi menyenangkan, dan sebaliknya perbuatan yang sebetulnya patriotik menjadi subversif — pokoknya selalu disesuaikan dengan kebutuhan.
Maka, kalau cuma menyambung kalimat yang terputus-putus karena penderitaan, bagiku sungguh pekerjaan yang ringan.
***
Api sudah berkobar di mana-mana ketika mobil BMW saya melaju di jalan tol. Saya menerima telepon dari rumah. ”Jangan pulang,” kata Mama. Dia bilang kompleks perumahan sudah dikepung, rumah-rumah tetangga sudah dijarah dan dibakar. Papa, Mama, Monica, dan Sinta, adik-adikku, terjebak di dalam rumah dan tidak bisa ke mana-mana. ”Jangan pulang, selamatkan diri kamu, pergilah langsung ke Cengkareng, terbang ke Singapore atau Hong Kong. Pokoknya ada tiket. Kamu selalu bawa paspor kan? Tinggalkan mobilnya di tempat parkir. Kalau terpaksa ke Sydney tidak apa-apa. Pokoknya selamat. Di sana kan ada Oom dan Tante,” kata Mama lagi.
Saya memang sering ke luar negeri belakangan ini. Pontang-panting mengurusi perusahaan Papa yang nyaris bangkrut karena utangnya dalam dolar tiba-tiba jadi bengkak. Saya ngotot untuk tidak mem-PHK para buruh. Selain kasihan, itu juga hanya akan menimbulkan kerusuhan. Papa marah-marah. ”Kita tidak punya uang untuk membayar buruh. Selain produksi sudah berhenti, yang beli pun kagak ada. Sekarang ini para buruh hidup dari subsidi perusahaan patungan kita di luar negeri. Mereka pun sudah mencak-mencak profitnya dicomot. Sampai kapan mereka sudi membayar orang-orang yang praktis sudah tidak bekerja?”
Saya masih ngotot. Jadi Papa putuskan sayalah yang harus mengusahakan supaya profit perusahaan patungan kami di Hong Kong, Beijing, dan Macao diperbesar. Tetesannya lumayan untuk menghidupi para buruh, meskipun produksi kami sudah berhenti. Itu sebabnya saya sering mondar-mandir ke luar negeri dan selalu ada paspor di tas saya.
Tapi, kenapa saya harus lari sekarang, sementara keluarga saya terjebak seperti tikus di rumahnya sendiri? Saya melaju lewat jalan tol supaya cepat sampai di rumah. Saya memang mendengar banyak kerusuhan belakangan ini. Demonstrasi mahasiswa dibilang huru-hara. Terus terang saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Saya terlalu tenggelam dalam urusan bisnis. Koran cuma saya baca judul-judulnya. Itu pun maknanya tidak pernah jelas. Namun, setidaknya saya yakin pasti bukan mahasiswa yang membakar dan menjarah kompleks perumahan, perkotaan, dan mobil-mobil yang lewat. Bahkan bukan mahasiswa pun sebenarnya tidak ada urusan membakar-bakari rumah orang kalau tidak ada yang sengaja membakar-bakar.
Saya tancap gas. BMW melaju seperti terbang. Di kiri kanan jalan terlihat api menerangi malam. Jalan tol itu sepi, BMW terbang sampai 120 kilometer per jam. Hanya dalam sepuluh menit saya akan segera tiba di rumah. Tapi, di ujung itu saya lihat segerombolan orang. Sukar sekali menghentikan mobil. Apakah saya harus menabraknya? Pejalan kaki tidak dibenarkan berdiri di tengah jalan tol, tapi saya tidak ingin menabraknya. Saya menginjak rem, tidak langsung, karena mobil akan berguling-guling. Sedikit-sedikit saya mengerem, dan toh roda yang menggesek aspal semen itu tetap mengeluarkan bunyi Ciiiiiiitttt! Yang sering dianggap sebagai petanda betapa para pemilik mobil sangat jumawa.
Setelah berhenti, saya lihat ada sekitar 25 orang. Semuanya laki-laki.
”Buka jendela,” kata seseorang.
Saya buka jendela.
”Cina!” ”Cina!” Mereka berteriak seperti menemukan intan berlian.
Belum sempat berpikir, kaca depan BMW itu sudah hancur karena gebukan. Aduh, benarkah sebegitu bencinya orang-orang ini kepada Cina? Saya memang keturunan Cina, tapi apa salah saya dengan lahir sebagai Cina?
”Saya orang Indonesia,” kata saya dengan gemetar.
Braakk! Kap mobil digebuk. Seseorang menarik saya dengan kasar lewat jendela. Saya dilempar seperti karung dan terhempas di jalan tol.
”Sialan! Mata lu sipit begitu ngaku-ngaku orang Indonesia!” Pipi saya menempel di permukaan bergurat jalan tol. Saya melihat kaki-kaki lusuh dan berdaki yang mengenakan sandal jepit, sebagian tidak beralas kaki, hanya satu yang memakai sepatu. Kaki-kaki mereka berdaki dan penuh dengan lumpur yang sudah mengering.
”Berdiri!” Saya berdiri, hampir jatuh karena sepatu uleg saya yang tinggi. Saya melihat seseorang melongok ke dalam mobil. Membuka-buka laci dashboard, lantas mengambil tas saya. Isinya ditumpahkan ke jalan. Berjatuhanlah dompet, bedak, cermin, sikat alis, sikat bulu mata, lipstik, HP, dan bekas tiket bioskop yang saya pakai nonton bersama pacar saya kemarin. Dompetnya segera diambil, uangnya langsung dibagi-bagi setengah rebutan. Sejuta rupiah uang cash amblas dalam sekejap. Tidak apa-apa. Mobil masih bisa dikendarai dengan kaca pecah, dan saya tidak perlu uang cash. Di dalam dompet ada foto pacar saya. Orang yang mengambil dompet tadi mengeluarkan foto itu, lantas mendekati saya.
”Kamu pernah sama dia?”
Saya diam saja. Apa pun maksudnya saya tidak perlu menjawabnya.
Plak! Saya ditampar. Bibir saya perih. Barangkali pecah.
”Jawab! Pernah kan? Cina-cina kan tidak punya agama!” Saya tidak perlu menjawab.
Bug! Saya ditempeleng sampai jatuh.
Seseorang yang lain ikut melongok foto itu.
”Huh! Pacarnya orang Jawa!” Saya teringat pacar saya. Saya tidak pernah peduli dia Jawa atau Cina, saya cuma tahu cinta.
”Periksa! Masih perawan atau tidak dia!” Tangan saya secara refleks bergerak memegang rok span saya, tapi tangan saya tidak bisa bergerak. Ternyata sudah ada dua orang yang masing-masing memegangi tangan kanan dan tangan kiri saya. Terasa rok saya ditarik. Saya menyepak-nyepak. Lagi-lagi dua pasang tangan menangkap kedua kaki saya.
”Aaaahhh! Tolongngng!” Saya menjerit. Mulut saya dibungkam telapak kaki berdaki. Wajah orang yang menginjak mulut saya itu nampak dingin sekali. Berpuluh-puluh tangan menggerayangi dan meremas-remas tubuh saya.
”Diem lu Cina!” Rok saya sudah lolos….
***
Wanita itu menangis. Mestinya aku terharu. Mestinya. Setidaknya aku bisa terharu kalau membaca roman picisan yang dijual di pinggir jalan. Tapi, menjadi terharu tidak baik untuk seorang petugas seperti aku. Aku harus mencatat dengan rinci, objektif, deskriptif, masih ditambah mencari tahu jangan-jangan ada maksud lain di belakangnya. Aku tidak boleh langsung percaya, aku harus curiga, sibuk menduga kemungkinan, sibuk menjebak, memancing, dan membuatnya lelah supaya cepat mengaku apa maksudnya yang sebenarnya. Jangan terlalu cepat percaya kepada perasaan. Perasaan bisa menipu. Perasaan itu subjektif. Sedangkan aku bukan subjek di sini. Aku cuma alat. Aku cuma robot. Taik kucing dengan hati nurani. Aku hanya petugas yang membuat laporan, dan sebuah laporan harus sangat terinci bukan?
”Setelah celana dalam kamu dicopot, apa yang terjadi?”
Dia menangis lagi. Tapi masih bercerita dengan terputus-putus. Ternyata susah sekali menyambung-nyambung cerita wanita ini. Bukan hanya menangis. Kadang-kadang dia pingsan. Apa boleh buat, aku harus terus bertanya.
”Saya harus tahu apa yang terjadi setelah celana dalam dicopot, kalau kamu tidak bilang, apa yang harus saya tulis dalam laporan?”
***
Saya tidak tahu berapa lama saya pingsan. Waktu saya membuka mata, saya hanya melihat bintang-bintang. Di tengah semesta yang begini luas, siapa yang peduli kepada nasib saya? Saya masih terkapar di jalan tol. Angin malam yang basah bertiup membawa bau sangit. Saya menengok dan melihat BMW saya sudah terbakar. Rasanya baru sekarang saya melihat api dengan keindahan yang hanya mewakili bencana. Isi tas saya masih berantakan seperti semula. Saya melihat lampu HP saya berkedip-kedip cepat, tanda ada seseorang meninggalkan pesan.
Saya mau beranjak, tapi tiba-tiba selangkangan saya terasa sangat perih. Bagaikan ada tombak dihunjamkan di antara kedua paha saya. O, betapa pedihnya hati saya tidak bisa saya ungkapkan. Saya tidak punya kata-kata untuk itu. Saya tidak punya bahasa. Saya hanya tahu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk urusan bisnis. Kata orang, bahasa Cina sangat kaya dalam hal menggambarkan perasaan, tapi saya tidak bisa bahasa Cina sama sekali dari dialek manapun, kecuali yang ada hubungannya dengan harga-harga. Saya cuma seorang wanita Cina yang lahir di Jakarta dan sejak kecil tenggelam dalam urusan dagang. Saya bukan ahli bahasa, bukan pula penyair. Saya tidak tahu apakah di dalam kamus besar Bahasa Indonesia ada kata yang bisa mengungkapkan rasa sakit, rasa terhina, rasa pahit, dan rasa terlecehkan yang dialami seorang wanita yang diperkosa bergiliran oleh banyak orang –karena dia seorang wanita Cina. Sedangkan pacar saya saja begitu hati-hati bahkan hanya untuk mencium bibir saya. Selangkangan saya sakit, tapi saya tahu itu akan segera sembuh. Luka hati saya, apakah harus saya bawa sampai mati? Siapakah kiranya yang akan membela kami? Benarkah kami dilahirkan hanya untuk dibenci?
Saya tidak bisa bergerak sampai seorang ibu tua datang terbungkuk-bungkuk. Dia segera menutupi tubuh saya dengan kain.
”Maafkan anak-anak kami,” katanya, ”mereka memang benci dengan Cina.”
Saya tidak sempat memikirkan arti kalimat itu. Saya bungkus tubuh saya dengan kain, dan tertatih-tatih menuju tempat di mana isi tas saya berserakan. Saya ambil HP saya, dan saya dengar pesan Papa: ”Kalau kamu dengar pesan ini, mudah-mudahan kamu sudah sampai di Hong Kong, Sydney, atau paling tidak Singapore. Tabahkanlah hatimu Clara. Kedua adikmu, Monica dan Sinta, telah dilempar ke dalam api setelah diperkosa. Mama juga diperkosa, lantas bunuh diri, melompat dari lantai empat. Barangkali Papa akan menyusul juga. Papa tidak tahu apakah hidup ini masih berguna. Rasanya Papa ingin mati saja.”
***
Dia menangis lagi. Tanpa airmata. Kemudian pingsan. Kudiamkan saja dia tergeletak di kursi. Ia hanya mengenakan kain. Seorang ibu tua yang rumahnya berada di kampung di tepi jalan tol telah menolongnya. ”Dia terkapar telanjang di tepi jalan,” kata ibu tua itu. Aku sudah melaporkan soal ini kepada pimpinanku. Lewat telepon dia berteriak, ”Satu lagi! Hari ini banyak sekali perkara beginian.
Tahan dia di situ. Jangan sampai ada yang tahu. Terutama jangan sampai ketahuan wartawan dan LSM!” Pesuruh kantor membaukan PPO ke hidungnya. Matanya melek kembali.
”Jadi kamu mau bilang kamu itu diperkosa?”
Dia menatapku.
”Padahal kamu bilang tadi, kamu langsung pingsan setelah … apa itu … rok kamu dicopot?”
Dia menatapku dengan wajah tak percaya.
”Bagaimana bisa dibuktikan bahwa banyak orang memperkosa kamu?”
Kulihat di matanya suatu perasaan yang tidak mungkin dibahasakan. Bibirnya menganga. Memang pecah karena terpukul. Tapi itu bukan berarti wanita ini tidak menarik. Pastilah dia seorang wanita yang kaya. Mobilnya saja BMW. Seorang wanita eksekutif. Aku juga ingin kaya, tapi meskipun sudah memeras dan menerima sogokan di sana-sini, tetap begini-begini saja dan tidak pernah bisa kaya. Naik BMW saja aku belum pernah. Aku memang punya sentimen kepada orang-orang kaya –apalagi kalau dia Cina. Aku benci sekali. Yeah. Kainnya melorot, dan tampaklah bahunya yang putih….
”Jangan terlalu mudah menyebarkan isyu diperkosa. Perkosaan itu paling sulit dibuktikan. Salah-salah kamu dianggap menyebarkan fitnah.”
Di matanya kemarahan terpancar sekejap. Bahwa dia punya nyali untuk bercerita, memang menunjukkan dia wanita yang tegar.
”Saya mau pulang,” ia berdiri. Ia hanya mengenakan kain yang menggantung di bahu. Kain itu panjangnya tanggung, kakinya yang begitu putih dan mulus nampak telanjang.
”Kamu tidur saja di situ. Di luar masih rusuh, toko-toko dibakar, dan banyak perempuan Cina diperkosa.”
”Tidak, saya mau pulang.”
”Siapa mau mengantar kamu dalam kerusuhan begini. Apa kamu mau pulang jalan kaki seperti itu? Sedangkan pos polisi saja di mana-mana dibakar.”
Dia diam saja.
”Tidur di situ,” kutunjuk sebuah bangku panjang, ”besok pagi kamu boleh pulang.”
Kulihat dia melangkah ke sana. Dalam cahaya lampu, lekuk tubuhnya nampak menerawang. Dia sungguh-sungguh cantik dan menarik, meskipun rambutnya dicat warna merah. Rasanya aku juga ingin memperkosanya. Sudah kubilang tadi, barangkali aku seorang anjing, barangkali aku seorang babi — tapi aku mengenakan seragam. Kau tidak akan pernah tahu siapa diriku sebenarnya. Masalahnya: menurut ilmu hewan, katanya binatang pun tidak pernah memperkosa.
Tentu saja tentang yang satu ini tidak perlu kulaporkan kepada pimpinan. Hanya kepadamu aku bisa bercerita dengan jujur, tapi dengan catatan — semua ini rahasia. Jadi, jangan bilang-bilang.

Tuesday, April 9, 2013

Legenda Puteri Hijau

Abad 15 dan 16 adalah periode paling berdarah di zona dataran rendah Aceh, Sumatra Timur, dan semenanjung Malaysia. Empat kerajaan saling bantai, berkonspirasi, dan saling menaklukkan untuk memperebutkan kekuasaan pada zona perdagangan internasional yang kini dikenal dengan Selat Malaka. Di tengah kecamuk perebutan kue ekonomi itu, pada tepian sungai Deli--tepatnya sekitar 9 km dari Labuhan Deli--lahirlah sebuah legenda klasik bernama Puteri Hijau. Legenda Sang Puteri yang selalu digambarkan dengan segala kosa kata kecantikan, bertahan hingga kini dalam dua versi. Versi pertama berasal dari catatan sejarah yang mirip cerita lisan yang berkembang di masyarakat Melayu Deli.

Versi kedua adalah hikayat dari masyarakat Karo. Keduanya bertentangan dan kelihatan sekali saling berlomba menonjolkan identitas dan ego suku masing-masing. Dari versi lisan Melayu, konon pernah lahir seorang puteri yang sangat cantik jelita di desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli). Kecantikannya memancarkan warna kehijauan yang berkilau dan menjadi kesohor ke berbagai pelosok negeri, mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Ia kemudian dinamai Puteri Hijau. Dalam hikayatnya, Sang Puteri memiliki dua saudara kembar yang dipercaya adalah seekor naga bernama Ular Simangombus dan sebuah meriam bernama Meriam Puntung.

Alkisah, Ular Simangombus memiliki selera makan yang luar biasa. Ia digambarkan seakan tidak pernah kenyang. Rakyat Siberaya akhirnya tidak sanggup lagi menyediakan makanan untuk naga ini, sehingga Sang Puteri bersama kedua saudaranya memutuskan pindah ke hilir sungai dan menetap di sebuah perkampungan baru yang sekarang dikenal dengan nama Deli Tua. Di sini, para pengikutnya membangun benteng yang kuat. Dengan demikian, negeri itu cepat makmur. Kecantikan Sang Puteri yang menyebar seperti kabar burung ke segala penjuru, suatu ketika mendarat di telinga Raja Aceh. Ia lantas kepincut dan mengirim bala tentara untuk meminang Puteri Hijau. Utusan langsung dikirim.

Pantun bersahut-sahutan. Tapi pinangan ini ditolak dan membuat Raja Aceh betul-betul dilanda murka. Ia merasa diri dan kerajaannya dihina sehingga jatuhlah perintah untuk segera menyerang benteng Puteri Hijau. Tapi karena bentengnya sangat kokoh, pasukan Aceh gagal menembusnya. Menyadari jumlah pasukannya makin menyusut setelah banyak yang terbunuh, panglima-panglima perang Aceh memakai siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang. Suasana menjadi tidak terkendali karena para penjaga benteng itu berebutan uang emas dan meninggalkan posnya.

Ketika mereka tengah sibuk memunguti uang logam, tentara Aceh menerobos masuk dan dengan mudah menguasai benteng. Pertahanan terakhir yang dimiliki orang dalam adalah salah seorang saudara Puteri Hijau, yaitu Meriam Puntung. Tapi karena ditembakkan terus-menerus, meriam ini menjadi panas, meledak, terlontar, dan terputus dua. Bagian moncongnya tercampak ke kampung Sukanalu. Sedangkan bagian sisanya terlontar ke Labuhan Deli, dan kini ada di halaman Istana Maimoon Medan. Melihat situasi yang tak menguntungkan, Ular Simangombus, saudara Sang Puteri lainnya, menaikkan Puteri Hijau ke atas punggungnya dan menyelamatkan diri melalui sebuah terusan (Jalan Puteri Hijau), memasuki sungai Deli, dan langsung ke Selat Malaka.


Dan hingga sekarang kedua kakak beradik ini dipercaya menghuni sebuah negeri dasar laut di sekitar Pulau Berhala. Namun sebuah anak legenda menyebutkan bahwa Puteri Hijau sebenarnya sempat tertangkap. Ia ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau memohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, ia diberikan berkarung-karung beras dan beribu-ribu telur. Tetapi baru saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat, disusul gelombang yang tinggi dan ganas. Dari perut laut muncul jelmaan saudaranya, Ular Simangombus, yang dengan rahangnya mengambil peti tempat adiknya dikurung. Lalu Puteri Hijau dilarikan ke dalam laut dan mereka bersemayam di perairan pulau Berhala. Menurut cerita ini, saudara-saudara Puteri Hijau adalah manusia-manusia sakti yang masing-masing bisa menjelma menjadi meriam dan naga. Memang, cerita lisan selalu mewariskan banyak versi sesuai selera masing-masing penceritanya.

***

Dalam bukunya, Sejarah Medan Tempo Doeloe, sejarahwan Tengku Luckman Sinar mencoba menempatkan legenda Puteri Hijau sebagai salah satu setting sejarah perlawanan Kerajaan Haru yang berpusat di Deli Tua terhadap serangan Kerajaan Aceh, sekaligus juga menjadi latar proses terbentuknya etnis Melayu di Sumatra Timur. Nama Kerajaan Haru sudah dikenal sejak akhir abad 13. Bukti tertulis pertama yang mengabadikan kerajaan ini adalah catatan Tiongkok pada tahun 1282 M, tepatnya pada zaman pemerintahan Kubilai Khan. Catatan itu mengisahkan, Kerajaan Haru mengirimkan utusannya untuk misi dagang ke Tiongkok. Sedang berdasarkan hikayat Melayu dan hikayat Raja-raja Pasai, Kerajaan Haru sudah menganut Islam sejak pertengahan abad 13. Disebutkan, nakhoda Ismail dan Fakir Muhammad mula-mula mengislamkan negeri Fansuri (Barus), Lamiri (Lamuri), lalu Haru. Kerajaan Samudera Pasai dan Malaka sendiri diislamkan kemudian.

Jadi, dari hikayat ini, Kerajaan Haru lebih dulu memeluk Islam ketimbang Aceh dan Malaka, meskipun kemudian Malakalah yang menjadi pusat pengembangan Islam di kawasan Nusantara. Pada masa tersebut, Kerajaan Haru sudah menjadi salah satu pemegang peranan penting dalam wilayah perdagangan dunia di Selat Malaka. Pedagang-pedagang Persia, Portugis, Cina dan Eropa punya catatan masing-masing tentang wilayah ini, di mana Haru adalah salah satu kerajaan yang memungut pajak di samping Samudera Pasai dan Malaka yang kemudian dijajah Portugis. Sebelum akhirnya diserang Kerajaan Sriwijaya yang ingin mempersatukan Nusantara pada tahun 1275 M, Kerajaan Haru memiliki satu bandar perdagangan besar di Kota Cina, yang letaknya antara sungai Deli dan sungai Buluh Cina.

Saat itu, Haru sudah memiliki hubungan bisnis yang erat dengan Dinasti Sung Selatan. Kapal-kapal Tiongkok langsung mendatangi bandar ini untuk melakukan perdagangan. Tak heran bila para peneliti masih menemukan sejumlah koin mata uang Cina kuno di kawasan ini. Setelah bandar perdagangan Haru dihancurkan Sriwijaya dalam “Ekspedisi Pamalayu”, masa pemulihannya tak begitu lama. Karena potensialnya kawasan ini, bandar kembali ramai dan perdagangan dengan Tiongkok terus berlangsung. Kerajaan Haru malah kian berkembang pasca penaklukan Sriwijaya. Pedagang Persia, Fadiullah bin Abdul Khadir Rasyiuddin dalam bukunya “Jamiul Tawarikh” menjelaskan, negeri-negeri utama di Sumatera pada tahun 1310 M adalah Lamuri, Samudera Pasai, Barlak (Perlak), Dalmyan (Temiang) dan Haru. Tapi musibah kedua menimpa Haru ketika tentara Kerajaan Majapahit pada tahun 1350 M juga tiba dan menaklukkan daerah ini.

Dalam kronik Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca disebut bahwa di samping Panay (Kerajaan Pane di Portibi), juga ditaklukkan Kampe (Kompai) dan Harw (Haru). Di hulu sungai Ular, masih ada kampung bernama “Kota Jawa” dan “Timbun Tulang” yang menurut legenda di teluk Haru menunjukkan adanya lokasi penimbunan tulang tentara Majapahit yang mati diracuni gadis-gadis setempat. Setelah lepas dari cengkeraman Majapahit, Haru kembali berhubungan dengan Tiongkok. Pada tahun 1412 M, Laksamana Cheng Ho yang diutus Kaisar Tiongkok mengunjungi pulau-pulau di nusantara, singgah di Haru. Kunjungan itu mencatat bahwa penguasa Haru kala itu bernama Tuanku Alamsyah, putra dari Sultan Husin (raja sebelumnya).


Cheng Ho, laksamana legendaris dari Tiongkok, mengangkut persembahan Haru untuk Tiongkok. Tercatat dua kali Cheng Ho singgah di Haru. Setelah itu ia tak pernah muncul lagi karena Tiongkok juga bergolak oleh perang dinasti yang tiada henti. Sepanjang masa kejayaannya, Kerajaan Haru, Samudera Pasai dan Malaka (Portugis) adalah tiga serangkai yang kadang berdamai dan kadang saling bertikai memperebutkan peranan di perairan Selat Malaka. Menurut sejarah Melayu, pada tahun 1477 M sampai 1488, Haru menaklukkan Kerajaan Pasai gara-gara sebuah penghinaan yang dilakukan Raja Pasai terhadap utusan Raja Haru. Tapi Kerajaan Pasai kemudian dibantu Malaka, sehingga kerajaan ini juga otomatis menjadi musuh Haru. Tapi ketika Raja Malaka diusir Portugis ke Johor, Raja Haru juga bersahabat dengannya sehingga membuat iri Kerajaan Aceh.

Pada pertengahan abad 15 itu, Haru disebut-sebut juga punya niat menghancurkan Pasai di utara dan Malaka di selatan untuk mengambil alih posisi Sriwijaya zaman dulu. Tapi niat itu tidak pernah terwujud. Malah Kerajaan Haru terjebak posisi sulit dan tidak aman karena dikelilingi musuh. Untuk membuat pertahanan yang kuat, mereka meninggalkan Kota Cina dan ibu kota Haru naik lagi ke atas sungai Deli.

Pada tahun 1511 M, Portugis menguasai Malaka dan memperoleh keuntungan besar dari lalu lintas perdagangan di Selat Malaka. Tapi kemudian Kerajaan Pasai membangun sebuah bandar perdagangan tandingan di Sabang dengan pajak lebih rendah dan pelayanan yang lebih bagus. Portugis yang marah-marah, dimanfaatkan Kerajaan Haru untuk bersama-sama menyerang Pasai pada tahun 1514 M. Tapi di Pasai, Portugis diusir oleh imperium Aceh yang baru lahir. Haru sendiri makin rawan, dan terpaksa memindahkan kerajaannya makin ke pedalaman. Haru adalah kerajaan besar. Kekuasaannya membentang dari Sungai Rokan hingga Temiang (Aceh Tamiang). Tapi mengapa sejarahnya seperti tidak meninggalkan bekas? Satu teori mengatakan, kerajaan yang dibangun oleh etnis bermarga Karo Sekali (Karo asli) ini tidak memiliki satu proyek kebudayaan selama masa kekuasaannya.

Meskipun memeluk Islam, tapi mereka bukanlah pusat pengembangan Islam. Ini berbeda dengan Malaka, Pasai, Sriwijaya, atau Majapahit, yang masing-masing memang mengembangkan satu pusat pengetahuan dan intelektualisme yang ditandai adanya tradisi penulisan sejarah. Sebaliknya, Kerajaan Haru tidak memiliki catatan yang berarti, sehingga keberadaannya sempat tenggelam dalam teka-teki yang sulit. Sejumlah catatan menyebutkan Haru sebagai kerajaan bar-bar yang suka bertempur dan membajak kapal-kapal asing di Selat Malaka. Penulis Portugis, Tome Pires, menggambarkan Haru sebagai kerajaan terbesar di Sumatera. Rakyatnya banyak, tetapi tidak kaya karena perdagangan. Mereka memiliki kapal-kapal kencang dan sangat terkenal karena daya penghancurnya.

Sejak Malaka lahir, Kerajaan Haru selalu menjadi musuh bebuyutan orang Malaka dan sangat ditakuti. Mereka merampas rakyat malaka. Tiba-tiba saja orang-orang Haru menyergap sebuah kampung dan mengambil segala yang berharga. Rakyat Haru disebut suka berperang. Haru banyak menghasilkan padi, daging, ikan, buah-buahan, arak, kapur barus berkualitas tinggi, emas, benzoin, aphotecary’s ignaloes, rotan, lilin, madu, budak-budak, dan sedikit saja yang pedagang. Mereka memperoleh barang dagangan melalui Pasai, Pedir, Fansuri dan Minangkabau. Bahkan Haru memiliki sebuah kota pasar budak yang disebut Arqat (Rantauperapat sekarang). Setelah imperium Aceh bangkit di akhir kejayaan Pasai, keberadaan Haru makin terancam. Negeri Aceh yang dulu berulangkali diserangnya ternyata mampu menyatukan diri di bawah Sultan Aceh bernama Al Qahhar.

Selama abad 16, giliran Sultan Aceh yang berkali-kali menyerang Haru, sampai akhirnya Haru takluk dan diperintah oleh perwakilan dan kepercayaan Sultan Aceh bernama Gocah Pahlawan yang dipercaya sebagai keturunan Raja India yang merantau ke Nusantara. Gocah Pahlawan adalah penakluk Haru dan pendiri cikal-bakal Kerajaan Deli. Lalu siapa sebenarnya etnis Melayu? Pada saat kapan legenda Puteri Hijau muncul? Cerita ini menjadi kian menarik.

***

Legenda Puteri Hijau, bila dikaitkan dengan sejarah Kerajaan Haru, terbit ketika kerajaan itu sedang sengit-sengitnya mempertahankan diri dari serangan Imperium Aceh yang baru terbentuk di bawah Al Qahhar. Mundur ke belakang sedikit, menurut sejarah Melayu, nama Sultan Haru pada tahun 1477-1488 M adalah Maharadja Diraja, putera Sultan Sujak yang turun dari “Batu Hilir dikata Hulu, Batu Hulu dikata Hilir”. Mungkin pada kalimat itu, yang dimaksudkan adalah “Batak Hilir dikata Hulu, Batak Hulu dikata Hilir”. Kata “Batak” sengaja dihilangkan karena maknanya bisa mengandung penghinaan, mengingat nama “Batak” pada saat itu menunjuk pada pengertian “terbelakang”, orang-orang pedalaman di gunung yang belum memeluk Islam. Jadi, orang Haru awalnya berasal dari pegunungan, turunan Batak, yang kemudian masuk Islam menjadi Melayu.


Dengan kata lain, sebagaimana yang disimpulkan Tengku Luckman Sinar, etnis Melayu sebenarnya bukan sebuah ikatan genealogis (ras), tetapi ikatan kultur dan agama. Pada masa itu, yang disebut Melayu adalah semua orang yang masuk Islam. “Jadi, Melayu sekarang adalah percampuran dari banyak suku, seperti Batak, India, Aceh, dan masyarakat Johor di Riau. Ikatannya pada kultur dan agama,” jelas Luckman. Orang-orang Haru yang turun pertama sekali ke dataran rendah dan memeluk Islam menamakan dirinya Karo Sekali (Karo asli) yang kemudian menjadi marga tersendiri. Marga itu masih ditemui di Desa Siberaya, dekat Delitua.

Kata “Haru” sendiri kemungkinan besar adalah sebutan untuk orang Karo asli ini. Mereka tidak mau disamakan dengan marga-marga Karo sekarang yang menurut mereka adalah golongan Karo-Karo (bukan asli). Orang Karo-Karo seperti Tarigan, Sembiring, Perangin-angin, Sitepu, dan Ginting, baru turun ke Deli pada awal abad 17 dan membentuk “urung-urung” (daerah kekuasaan berdasarkan marga dan ikatan keluarga). Penduduk asli Asahan juga mengaku berasal dari marga Haro-Haro (Karo-Karo). Sementara di Temiang, Rokan, dan Panai, masih ditemukan suku Haru. Sebagian dari Karo-Karo ini masuk Islam (jadi Melayu) dan bersama-sama orang Aceh menyebarkan agamanya sampai ke lereng pegunungan. Mereka juga menikah dengan orang-orang pesisir dan Aceh.

Bahkan, marga Sembiring konon adalah orang yang diusir dari Aceh. Nah, dari sini kita sudah bisa menggambarkan siapa sebenarnya orang Haru dan Kerajaan Haru, tempat munculnya Legenda Puteri Hijau. Seorang utusan Portugis, Ferdinand Mendes Pinto, menceritakan selintas tentang masa penyerangan Sultan Aceh Al Qahhar ke Haru di tahun 1539 M. Penyerangan Aceh itu dilakukan 2 kali, yaitu pada Januari dan November tahun yang sama. Pinto menuliskan, setelah ia berlayar 5 hari dari Malaka, ia sampai pada sungai Panetican (Deli), di mana ibukota Haru berdiri. Raja Haru saat itu sedang sibuk mempersiapkan kubu-kubu dan benteng-benteng di kiri-kanan sungai.

Letak istana kira-kira satu kilometer ke dalam. Diduga kuat, lokasi yang dimaksud adalah Delitua. Apalagi, sisa benteng itu masih dapat dilihat sekarang, dan beberapa penduduk pernah menemukan mata uang dan peluru emas milik tentara Aceh. “Haru hanya mempunyai sebuah meriam besar yang dibelinya dari seorang pelarian Portugis di Pasai. Mendengar akan sampainya armada Aceh, maka Sultan Haru menyuruh pasukannya mengungsikan wanita-wanita dan anak-anak, termasuk permaisurinya Anche Sinny (Anggi Sini atau Encik Sini) ke hutan sejauh 39 km dari ibukota. Kerajaan Aceh banyak sekali menggunakan serdadu-serdadu bayaran dari Gujarat, Malabar, Hadramaut, Lanun, dan sebagainya,” tulis Pinto.


Setelah dikepung 17 hari, orang Aceh berhasil menghancurkan dinding-dinding kubu pertahanan Haru. Tapi karena banyak korban di pihaknya, maka Aceh memakai siasat menyogok panglima-panglima Haru dengan uang emas agar mereka mau meninggalkan penjagaan di benteng utama. Dalam sebuah pertempuran sengit, Sultan Haru tewas dan Haru takluk. Permaisuri Haru, Anggi Sini, membentuk pasukan gerilya, tapi tidak berhasil merebut benteng itu kembali. Akhirnya ia bersama pengikutnya naik perahu dari sebuah sungai dan berlayar menuju Malaka. Perlu diketahui, perahu pada masa itu umumnya berlambangkan kepala naga.

Di sana ia disambut baik Gubernur Portugis, tapi tidak bersedia memberi bala bantuan untuk merebut Kerajaan Haru. Diam-diam permaisuri bertolak ke Bintan dan menjumpai Raja Melayu Riau-Johor, Sultan Alauddin Riayatsyah II, putera almarhum Raja Malaka Sultan Mahmudsyah. Permaisuri Haru disambut baik dan Johor bersedia membantunya merebut benteng Haru dengan satu syarat, Permaisuri Haru bersedia menikah dengannya. Syarat tersebut bisa jadi membuktikan bagaimana menarik dan cantiknya Anggi atau Encik Sini, seorang gadis Karo dari Desa Siberaya. Akhirnya Haru dapat direbut kembali dari Aceh. Cerita Pinto ini banyak persamaannya dengan Legenda Puteri Hijau, baik dari segi tahunnya maupun simbol-simbol legendanya.

Penaklukan benteng Haru pada tahun 1539 M sama dengan penaklukan Puteri Hijau di Deli Tua yang tertuang dalam Hikayat Puteri Hijau. Kemungkinan besar Anggi atau Encik Sini adalah Puteri Hijau itu sendiri. Meriam besar satu-satunya yang dimiliki Kerajaan Haru barangkali merujuk “saudara” Puteri Hijau yang karena digunakan berkali-kali akhirnya pecah menjadi dua bagian. Sedang “saudara” naga yang dinaiki Puteri Hijau menuju Selat Malaka punya kesamaan dengan perahu berkepala naga yang dipakai Anggi atau Encik Sini.

Setelah itu, Haru masih berulang-ulang diserang Aceh hingga kemudian takluk oleh Sultan Aceh pada abad 16. Kekuasaan Aceh di Haru menandai dimulainya babak baru Kerajaan Ghuri yang kemudian berubah nama menjadi Kerajaan Deli yang kita kenal sekarang. Ketika Belanda muncul, riwayat Haru makin menghilang. Akibatnya, sampai sekarang, orang selalu sukar melihat suku Karo dan Melayu Deli dalam satu kesatuan. Padahal, bangunan Kerajaan Deli seperti Istana Maimoon saja masih jelas diwarnai oleh ornamen khas suku Karo. Lihatlah misalnya bangunan tempat Meriam Puntung di pekarangan Istana Maimoon.

***

Tapi itu adalah legenda versi Melayu. Bagi orang Karo, versi kepahlawanan Sang Puteri justru dianggap mengada-ada. Pak Sitepu yang saat ini menjaga perigi yang dipercaya sebagai tempat pemandian Puteri Hijau menyebut wanita rupawan itu sebagai aib bagi warga Karo, khususnya Desa Siberaya. Puteri Hijau yang kemudian dinobatkan sebagai boru Sembiring lahir tanpa ayah. Sebagian orang menyebut ibunya kawin dengan makhluk gaib, sebagian lagi menuduhnya berzinah. Karena menanggung aib, Puteri Hijau yang dipercaya lahir bersama sebuah meriam dan seekor naga, akhirnya memilih pergi dari Siberaya dan menetap di sebuah pemukiman baru di daerah Delitua.


Sampai kini, tempat pemandian Sang Puteri masih dijaga dan dikeramatkan. Orang-orang Tionghoa, beberapa keluarga Kerajaan Deli, dan masyarakat yang meminta sesuatu, masih acap datang berziarah ke perigi yang memiliki sumber mata air jernih dan tiada pernah habis ini. Menurut orang Karo, sesungguhnya mereka adalah penduduk pertama di pesisir timur, sedang orang Melayu dan Aceh adalah kaum pendatang. “Kalau kami pendatang, kenapa warga Karo yang justru lebih banyak bermukim di Padangbulan, Delitua, Langkat, dan daerah pesisir lainnya?” ujar Pak Sitepu.

Ia juga menyebutkan bahwa nama-nama di daerah pesisir seperti Belawan dan Medan adalah nama-nama Karo. Belawan dulunya berasal dari “perbelawanan” yang artinya tempat bersumpah. Di sini orang-orang melakukan sumpah untuk tidak berbuat sesuatu yang jahat atau melanggar adat. Dulunya, masih kata Sitepu, banyak orang Karo yang diusir ke daerah pesisir karena melanggar adat di kampungnya, semisal kawin semarga. Orang-orang tersebut kemudian berkembang di daerah pesisir, bergaul dengan para pendatang dari Malaka. Mereka menghilangkan marganya karena malu, dan baru belakangan memakainya kembali. Sehingga tidak heran bila di pesisir Langkat, Labuhan Batu dan Tanjungbalai, muncul marga-marga Batak yang sebelumnya tidak disebut-sebut.

Di tengah warga Karo sendiri, cerita tentang Puteri Hijau masih terbagi dalam banyak anak versi. Tapi secara umum, mereka melihat Sang Puteri dari kaca mata negatif dan merasa bahwa menceritakan legenda Puteri Hijau sama dengan membuka aib sendiri. Dari sudut pandang ilmu sejarah, cerita lisan versi Karo memang lebih sulit diterima akal karena tidak memiliki logika runtut sebagaimana yang dilansir Tengku Luckman Sinar. Namun terlepas dari kontroversi masa lalu yang sudah sarat dengan kepentingan identitas, warga Karo dan Melayu masih sama-sama menghidupkan Legenda Puteri Hijau di hati masing-masing. Perigi Puteri Hijau saat ini dijaga oleh penduduk Kampung Delitua yang seluruhnya adalah orang Karo. Perkampungan tua ini terletak sekitar 1,5 km dari Pajak Delitua.

Untuk mencapainya, kita harus melewati sebuah titi gantung yang menghubungkan kedua bibir sungai Deli. Selain perigi Puteri Hijau, kampung ini juga dikelilingi benteng berupa lubang besar yang di sisinya ditanami rumpun-rumpun bambu. Konon,desa ini tak pernah takluk pada Belanda ketika Kerajaan Melayu Deli sudah menjalin kerjasama dengan Belanda. Hal itu ditandai dengan tiadanya tanaman bakau di kawasan Kampung Delitua. Padahal pengusaha Belanda, Nienhuys, hampir menguasai seluruh areal penanaman tembakau waktu itu. Tapi bagaimanapun masa lalu Puteri Hijau yang sebenarnya, ada atau tidak pernah ada, sekeras apa kontroversinya, itu semua justru memperkaya hikmah yang dikandungnya. Dan yang terpenting, legendanya adalah sebuah aset wisata.
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com