Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Spoiler:
Quote:
B. Kronologi Visum et Epertum Dokter Forensik
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
C. Hasil Visum et Repertum Jenazah Tiap Korban
Quote:
|
Jenazah Letjen Ahmad Yani diidentifikasi oleh Ajudan Menpangad Mayor
CPM Soedarto dan dokter pribadinya, Kolonel CDM Abdullah Hassan, dengan
penanda utama parut pada punggung tangan kiri dan pakaian yang
dikenakannya serta kelebihan gigi berbentuk kerucut pada garis
pertengahan rahang atas diantara gigi-gigi seri pertama. Tim dokter menemukan delapan luka tembakan dari arah depan dan dua tembakan dari arah belakang. Sementara di bagian perut terdapat dua buah luka tembak yang tembus dan sebuah luka tembak yang tembus di bagian punggung. |
Sebelumnya, dokumen visum et repertum Ahmad Yani yang dirilis Indoleaks juga hanya menyebutkan luka tembak. |
Padahal Orde Baru mencatat kalau PKI telah mencungkil mata Pahlawan Revolusi itu. |
Jenazah Mayjen R. Soeprapto diidentifikasi oleh dokter gigi RSPAD Kho Oe Thian dari susunan gigi geligi sang jenderal. Pada jenazah R. Soeprapto ditemukan: (a) tiga luka tembak masuk di bagian depan, (b) delapan luka tembak masuk di bagian belakang, (c) tiga luka tembak keluar di bagian depan, (d) dua luka tembak keluar di bagian belakang, (e) tiga luka tusuk, (f) luka-luka dan patah tulang karena kekerasaan tumpul di bagian kepala dan muka, (g) satu luka karena kekesaran tumpul di betis kanan, dan (h) luka-luka dan patah tulang karena kekerasan tumpul yang berat sekali di daerah panggul dan bagian atas paha kanan. |
Letjen Suprapto adalah pahlawan revolusi yang menjadi korban
pembunuhan G30 S PKI pimpinan DN Aidit dan Kolonel Untung. Beliau lahir
di Purwokerto 20 Juni 1920 dan wafat di Lubang Buaya 1 Oktober 1965. Pendidikan umum yang berhasil ia tamatkan adalah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yakni pendidikan setingkat SMP dan AMS (Algemne Middelberge School) yaitu pendidikan setingkat SMA. Suprapto pernah mengikuti pendidikan militer Koninklijke Militaire Akademie di Bandung namun tidak tamat karena pendudukan Jepang. Pada pemberontakan yang dilancarkan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965, dirinya menjadi salah satu target yang akan diculik dan dibunuh. Hingga meredupnya peristiwa tersebut, tak ada lagi yang membahasnya karena kini telah sibuk oleh brainwashed dunia lainnya dan mulai menganggap bahwa sejarah sudah lewat dan bukanlah apa-apa lagi. Padahal melalui sejarah, kita dapat belajar, karena sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah adalah track record. |
Kisah sadis menyertai peristiwa G30S PKI dalam sejarah yang dicatat
Orde Baru. Letjen Anumerta R Soeprapto misalnya, disebut disilet-silet
dan dipotong alat kelaminnya. Namun sebuah dokumen visum et repertum
yang dirilis situs whistle blower Indoleaks, menunjukkan hal yang
berbeda. Dari situs resminya yang dikeluarkan sejak beberapa tahun lalu, Senin (13/12/2010), ada lagi sebuah dokumen visum et repertum yang dibuat oleh 4 dokter RSPAD yaitu dr Roebino Kertopati, dr Frans Pattiasina, dr Sutomo Tjokronegoro, dr Liaw Yan Siang, dr Lim Joe Thay, pada 5 Oktober 1965. Bagian nama, tempat tanggal lahir, pangkat, jabatan dan alamat sengaja dihitamkan. Tampak dokumen Visum et repertum oleh dokter dituliskan pro justitia. Bahwa sumpah pro justitia tidak boleh bohong, tidak boleh menambah, tidak boleh mengurangi. Apa kenyataan itu, harus dimasukkan dalam visum et repertum itu harus jadi pegangan, sebab ini satu kenyataan, bukan khayalan. |
Namun dari deskripsi luka, diduga kuat bahwa dokumen itu adalah
dokumen visum et repertum Letjen TNI Anumerta R Soeprapto. Data
pembandingnya adalah keterangan visum Letjen R Soeprapto yang pernah
disebutkan dalam makalah pakar politik Indonesia dari Cornell
University, AS, Ben Anderson, pada jurnal ‘Indonesia‘ edisi April 1987. Ada kain sarung dan kemeja yang melekat pada korban. Ada beberapa persamaan dan banyak juga perbedaan antara luka Letjen Soeprapto versi Orde Baru dan dokumen visum yang asli. Berbeda dengan Ahmad Yani, Soeprapto masih hidup saat diculik dari rumahnya. Dia baru gugur di Lubang Buaya. Dalam versi Orde Baru dan juga dilansir Harian Berita Yudha 9 Oktober 1965, wajah dan tulang kepala Soeprapto remuk namun masih dapat diidentifikasi. Hasil visum juga menunjukkan kalau ada luka dan pukulan benda tumpul yang menyebabkan patah tulang di bagian kepala dan muka. |
Nah, justru perbedaannya yang mencolok. Versi TNI menyebutkan ada
pengakuan anggota Gerwani, bahwa mereka menyilet-nyilet korban, bahkan
memotong alat kelamin korban. Namun, rupanya dalam dokumen yang diungkap
Indoleaks, hal itu tidak terbukti. Laporan visum untuk Soeprapto, selain patah/retak tulang tengkorak di enam titik, adalah patah tulang di betis kanan dan paha kanan. Luka benda tumpul diduga batu atau popor senapan. Soeprapto memang mengalami 3 luka tusuk, namun dari bayonet dan bukan silet. Soeprapto juga gugur akibat 11 luka tembak di berbagai bagian tubuh. Selain itu tidak ada luka lagi. Tidak ada bukti penyiletan apalagi mutilasi alat kelamin. Pembunuhan Letjen Soeprapto tentu saja tragis, namun tidak sesadis yang dijabarkan dalam catatan sejarah versi Orde Baru. Ia juga salah satu perwira TNI yang menolak pembentukan angkatan kelima yang diusulkan PKI sehingga menjadi target pembunuhan PKI bersama Ahmad Yani, MT Haryono, DI Pandjaitan,Sutoyo Siswo Miharjo dan S.Parman. |
d. Perbandingan Informasi
Mari kita coba kembali flashback dari info diatas mengenai janazah Soeprapto, menurut info dari ABRI dan Indo Leaks. |
- Wajah dan tulang kepala Soeprapto remuk namun masih dapat diidentifikasi. - Luka dan pukulan benda tumpul yang menyebabkan patah tulang di bagian kepala dan muka. - Menurut versi TNI menyebutkan ada pengakuan anggota Gerwani, bahwa mereka menyilet-nyilet korban, bahkan memotong alat kelamin korban. |
- Ada kain sarung dan kemeja yang masih melekat pada korban. - Jenderal Soeprapto masih hidup saat diculik dari rumahnya. - Dalam dokumen yang diungkap Indoleaks, Jendral ini tak disilet-silet, dan alat kelamin korban tak dipotong. - Terdapat patah/retak tulang tengkorak di enam titik, adalah patah tulang di betis kanan dan paha kanan. Luka benda tumpul diduga batu atau popor senapan. - Soeprapto memang mengalami 3 luka tusuk, namun dari bayonet dan bukan silet. - Soeprapto juga gugur akibat 11 luka tembak di berbagai bagian tubuh. Selain itu tidak ada luka lagi. Tidak ada bukti penyiletan apalagi mutilasi alat kelamin. |
Di bagian perut Mayjen MT. Harjono ditemukan sebuah luka tusuk benda
tajam yang menembus sampai ke rongga perut. Luka tusuk benda tajam juga
ditemukan di punggung, namun tidak menembus rongga dada. Dan di tangan
kiri dan pergelangan tangan kanan terdapat luka karena kekerasan tumpul
yang berat. Jenazah Mayjen MT. Harjono diidentifikasi oleh saudara kandungnya, MT. Moeljono, pegawai Perusahaan Negara Gaya Motor. Salah satu tanda pengenal jenazah ini adalah cincin kawin bertuliskan “Mariatna”, nama sang istri. Cincin kawin, bertuliskan “SPM” juga menjadi salah satu penanda jenazah Mayjen S. Parman, selain kartu tanda anggota AD dan surat izin mengemudi serta foto di dalam dompetnya. |
4. S. Parman (Asisten I Menpangad)
Jenazah S. Parman diidentifikasi oleh dr. Kolenel CDM Abdullah Hasan. Pada mayat S. Parman ditemukan: (a) tiga luka tembak masuk di kepala bagian depan, (b) satu luka tembak masuk di paha bagian depan, (c) satu luka tembak masuk di pantat sebelah kiri, (d) dua luka tembak keluar di kepala, (e) satu luka tembak keluar di paha kanan bagian belakang, dan (f) luka-luka dan patah tulang karena kekerasan tumpul yang berat di kepala, rahang dan tungkai bawah kiri. |
5. D. Isac Panjaitan (Deputi IV Menpangad)
Tim dokter menemukan luka tembak masuk di bagian depan kepala, juga sebuah luka tembak masuk di bagian belakang kepala. Sementara itu di bagian kiri kepala terdapat dua luka tembak keluar. Terakhir, di punggung tangan kiri terdapat luka iris.
Mayat berikutnya adalah Brigjen Soetojo Siswomihardjo yang
diidentifikasi oleh adiknya, dokter hewan Soetopo. Jenazah Brigjen
Soetojo dikenali dari kaki kanannya yang tidak ber-ibujari, pakaian yang
dikenakannya, arloji merek Omega dan dua cincin emas masing-masing
bertuliskan “SR” dan “SS”. Pada mayat Brigjen Soetojo ditemukan: (a) dua luka tembak masuk di tungkai bawah kanan bagian depan, (b) sebuah luka tembak masuk di kepala sebelah kanan yang menuju ke depan, (c) sebuah luka tembak keluar di betis kanan sebagian tengah, (d) sebuah luka tembak keluar di kepala sebelah depan, dan (e) tangan kanan dan tengkorak retak karena kekerasan tumpul yang keras atau yang berat. |
Selanjutnya adalah mayat Lettu P. Tendean yang dikenali perwira
kesehatan Dirkes AD CDM Amoro Gondoutomo yang menjadi dokter pribadi
Menko Hankam/KASAB. Mayat P. Tendean dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan batu cincin berwarna biru. Pada mayat P. Tendean tim dokter menemukan: (a) empat luka tembak masuk di bagian belakang, (b) dua luka tembak keluar bagian depan, (c) luka-luka lecet di dahi dan tangan kiri, dan (d) tiga luka ternganga karena kekerasan tumpul di bagian kepala. |
B]D. Format Dokumen Visum et Repertum 7 Jenazah Korban[/b]
Dokumen visum et repertum ketujuh korban yang saya peroleh
dituliskan dalam format yang sama. Di pojok kanan atas halaman depan
terdapat tulisan “Departmen Angkatan Darat, Direktortat Kesehatan, Rumah
Sakit Pusat, Pro Justicia”. Sementara di pojok kiri halaman depan tertulis “Salinan dari salinan.” Bagian kepala laporan bertuliskan “Visum et Repertum” diikuti nomor laporan pada baris bawah yang dimulai dari H.103 (Letjen Ahmad Yani) hingga H.109 (Lettu P. Tendean). Bagian awal laporan adalah mengenai dasar hukum tim dokter tersebut. Pada bagian ini tertulis rangkaian kalimat sebagai berikut: |
Diikuti nama dan jabatan kelima dokter anggota tim. Setelah itu adalah bagian yang menjelaskan kapan dan dimana visum et repertum dilakukan. Pada bagian ini tertulis kalimat: |
Bagian ini diikuti oleh bagian berikutnya yang menjelaskan jati diri
jenazah dimulai dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa,
agama, pangkat, dan terakhir jabatan. Selanjutnya ada sebuah paragraph yang menjelaskan kondisi terakhir jenazah sebelum ditemukan dan diperiksa. Pada bagian ini tertulis: |
Bagian ini dikuti oleh penjelasan identifikasi; siapa yang
mengidentifikasi dan apa-apa saja tanda utama yang dijadikan patokan
dalam identifikasi itu. Setelah bagian indentifikasi, barulah tim dokter memaparkan temuan mereka dari “hasil pemeriksaan luar” yang dilakukan terhadap jenazah sebelum mengkahirinya dengan “kesimpulan”. |
Keterangan gambar atas: Diorama penyiksaan para Jenderal dan Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, Jakarta, sumber gambar: insulinda.wordpress.com)
Bagian penutup diawali dengan tulisan “Dibuat dengan sesungguhnya
mengingat sumpah jabatan” pada bagian kanan. Diikuti nama dan tanda
tangan serta cap kelima dokter anggota tim. Bagian paling akhir dari dokumen-dokumen yang saya peroleh ini mengenai autentifikasi dokumen. Karena dokumen ini merupakan “salinan dari salinan” maka ada dua penanda autentifikasi dokumen ini. Bagian pertama bertuliskan “Disalin sesuai aslinya” dan ditandatangani oleh “Yang menyalin” yakni Kapten CKU Hamzil Rusli Bc. Hk. (Nrp. 303840) selaku panitera. Bagian kedua autentifikasi bertuliskan “Disalin sesuai dengan salinan” dan ditandatangani oleh “Panitera dalam Perkara Ex LKU” Letnan Udara Satu Soedarjo Bc. Hk. (Nrp. 473726). Namun tidak ditemukan petunjuk waktu kapan dokumen ini disalin dan disalin ulang. |